Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

Showing posts with label Politik. Show all posts
Showing posts with label Politik. Show all posts

12/11/2016

Ekonomi Kerakyatan dan Industri Lorong

Ekonomi Kerakyatan dan Industri Lorong
Mimpi Kota Makassar di usia ke-409 tahun masih dalam ranah menjadi Kota Dunia. Kota Dunia dengan tagline “Smart” dan “Sombere”. Bagi Danny Pomanto (Walikota Makassar periode 2014-2019), Industri Lorong adalah pengejawantahan ekonomi Kerakyatan. Industri Lorong adalah salah satu program unggulan Pemerintah Kota akan melakukan Pilot Project pengembangan komoditas “Lombok” di beberapa Lorong di Makassar yang potensial. Sebagai “Pilot Project” penting untuk menguji dan menelisik asumsi-asumsi yang dibangun di balik industri dan klaim atas praktik langsung ekonomi Kerakyatan. Apa saja peluang dan tantangan dari Industri Lorong tersebut? Benarkah program tersebut akan menyentuh  Kaum Miskin Kota (KMK) Makassar?

Berdasarkan data Badan Pusat statistik (BPS), Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar tahun 2011 sebesar 10,36 terus mengalami penurunan  setiap tahun hingga 7,04 % pada tahun 2014. Namun mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 7,44%. Hal yang mengkhawatirkan adalah angka pengangguran yang meningkat tajam. Pada tahun 2012, angka pengangguran mencapai 9,97% pada tahun 2015 menyentuh angka 12,03%. Angka ini merupakan angka pengangguran tertinggi kedua di Sulsel setalah Kota palopo (BPS Kota Makassar, 2016). Pengangguran tersebut adalah angkatan kerja yang tidak tertampung di sektor formal.

Lorong adalah Sel Kota

Kota dunia yang dimimpikan adalah miniatur kota yang bukan hanya sekadar dijejali dengan pemandangan gedung-gedung tinggi, kemacetan, kriminalitas dan fitur-fitur kota yang sering kita alami dan saksikan. Kota dunia yang diharapkan adalah kota yang 'smart' (Cerdas) dan Sombere (ramah dan bersahabat). Kota yang cerdas adalah kota yang penghuninya adalah pembelajar dan menyenangi hal-hal baru sekaligus menantang. Ramah dan bersahabat adalah upaya aktualisasi pengetahuan lokal 'sipakatau' dan 'sipakainga'. Frase Cerdas dan Bersahabat menyiratkan makna tidak arogan. Sehingga selayaknya proses pembangunan kota berbasis pada slogan tersebut.

Walikota Makassar dengan program andalan yang dikenal dengan 8 Jalan Restorasi Lorong. Kedelapannya adalah Lorong tidak rantasa, Garden ceria, Singara'na lorong ta, Industri lorong, Smart lorong, Lorong wisata, Usaha lorong, dan Apartemen Lorong. Program 'Longgar' atau Lorong Garden dilirik oleh pemerintah pusat untuk dijadikan Program Nasional. Kisah sukses ‘Longgar” akan ditindak lanjutan dengan program BULO (Badan Usaha Lorong) yang diharap dapat meningkatkan kesejahteraan warga lorong, meningkatkan perputaran ekonomi masyarakat berbasis lorong, sekaligus upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan inflasi, dan peningkatan kualitas manusia.


Skema dan pengembangan ekonomi lorong secara sepintas cukup menjanjikan. Hitung-hitungan kasar, hanya dengan fokus pada penanaman dan pengusahan komoditas Lombok Kota Makassar dapat meraup hasil hingga Triliuan Rupiah. Jika 1 pohon Lombok, dengan asumsi hasil panen 4-5 kg, harga 30 ribu/kilo, maka usaha lorong ini berpotensi mencapai hasil produksi sebasar Rp1,440 M pertahun. Hasil tersbut akan lebih tinggi jika pengelolaannya dengan system Organik yang akan dikerjasamakan dengan Bank Sampah Kota Makassar. Skema pembaiayan, pemasaran, distribusi “Pilot Project” ini akan didukung penuh oleh Pemkot. Sebagai usaha Mikro akan didukung penuh untuk memaksimalkan peran koperasi dalam pengusahaan komoditas ini.

Tantangan dan Peluang

Filosofi ekonomi Kerakyatan adalah bagaimana menerapkan budaya kerja gotong-royong dalam setiap aktifitas ekonomi. Sukses, berdaya dan sejahtera bersama. Dalam perspektif pemerintahan “Bagaimana mengajak masyarakat terlibat aktif dalam program pemerintah, menerima visi kota dan meningkatkan partisipasinya” (Danny). 

Salah satu dasar pemikiran pengembangan BULO adalah untuk ketahanan pangan, menekan inflasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indikator Makro tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pada sisi mikro. Sekaligus menjamin peningkatan kualitas hidup warga lorong.

Beberapa catatan mendasar atas niat baik pemerintah kota tersebut, terkait produktivitas pengusahaan, manajemen, dan tata kelola kelembagaan. Pertama, Produktivitas usaha komoditi di atas akan ditangani langsung oleh dinas ketahanan pangan sebagai leading sektor. Kajian atas tanah dan iklim untuk budidaya tanaman di atas. Menangani Industri lorong yang tersebar di 14 kecamatan, harus bisa meyakinkan warga bahwa usaha ini untuk warga lorong secara keseluruhan. Peningkatan produktifitas membutuhkan fokus dan massif yang konsisten dari pihak-pihak yang terkait.Kedua, Manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Terkait manajemen,masalah ikutannya adalah etos kerja, loyalitas dan konsisten pada semangat kerakyatan, yang berbasis pada pelayanan. Skema yang dibangun oleh Pemkot adalah siap menjadi buyer hasil produksi dan pemasaran produk. Rantai produksi dan manajemen hingga ke konsumen akhir syarat utama kesuksesan manajemen, sekaligus menjamin terjadinya sustainibiltas program. Ketiga,Tata kelola kelembagaan. Melibatkan multi SKPD bukan hal yang mudah. Hal mendasar yang sebaiknya dibenahi sedari awal adalah bagaimana meminimalisir terjangkitnya penyakit birokrasi yang lazim diistilahkan dengan "Kolesterol Tinggi" -koordinasi lemah dan ego sektoral tinggi-.

Keterlibatan Dinas ketahanan pangan sebagai leading sektor, Dinas Perdagangan, UMKM dan Koperasi, dan Bappeda Kota Makassar, serta dinas-dinas terkait yang terlibat langsung untuk menyukseskan Industri Lorong. Sungguh, kita merindukan Industri yang humanis dan pro pada rakyat adalah industri yang dalam produksi sebisa mungkin dikelola oleh rakyat untuk kesejahteraan rakyat yang tersebar di 7000 lebih lorong. Semoga !.


Syamsu Alam, @alamyin.
Tulisan ini adalah tulisan versi lengkap penulis.
Versi edit Dimuat di Harian Tribun Timur edisi Sabtu 12-11-2016.


16/04/2016

Makassar Kota Dunia

http://www.alam-yin.com/2016/04/makassar-kota-dunia.htmlMakassar Kota Dunia
 
Dalam MAKassAR ada Makar
Ada pula 'ass'

Laut ditimbun jadi daratan
Daratan seperti lautan, saat musim hujan

Dalam kota,
Gedung dan jalan lebih utama,
Warga kota yang kumuh
Bak sampah yang harus dimusnahkan

Dalam Kota dunia,
Kita bisa mati dibegal
dironton ribuan orang.

alamyin, 2016

Saya bukan sastrawan, hanya saja di kota ini yang sedang berbenah dan berlomba menjadi kota metropolitan, semakin sesak dan tidak nyaman ditinggali. Untain kata di atas entah apa namanya hanyalah sentilan hati kecil dari seorang warga kota yang pernah menjadi korban setengah begal.

Rehatlah sejenak wahai kota Makassar dari mendandani diri dengan gedung-gedung dan ornamen bisnis. Kabarnya pantai Losari akan ditimbun menjadi, akan disulap menjadi hunian dan sentra bisnis menyerupai Hongkong, Dubai, dan kota dunia lainnya. 

Rehatlah sejenak !

21/04/2012

SOCCER DAN PERBANDINGAN IDEOLOGI ?

You are what you wear,
You are what you eat,
You are what you watch,
and... you are nothing

SOCCER & PERBANDINGAN IDEOLOGI ?. Perhelatan leg pertama Liga Champion Eropa baru saja usai, kekalahan 2 raksasa eropa Barca dan Madrid oleh Tim yang tidak terlalu diunggulkan oleh pecinta dan pengamat sepak Bola. Namun faktanya Bola bundar dan akan menggelinding tanpa bisa dipredikksi secara pasti kemana arahnya. Namun yang pasti, kedua laga semifinal Liga Champion menarik disaksikan, kenapa menarik ?. Jawaban sederhananya karena skor tipis, 2-1, dan 1-0. Skor tersebut mencerminkan bahwa kontestan dalam laga tersebut sekelas, sebanding, fair diadu dan dibandingkan. Pertandingan dengan skor 5-0, 10-0 sungguh sangat tidak menarik disaksikan. Itulah sekelumit kutipan yang diramu oleh penulis, setelah melihat, mendengar dan mengamati berbagai gosip, rumor, perbincangan, anak-anak, anak muda, cewek-cowok, kakek-nenek, ibu-bapak di dapur, di kantin, di warkop, di hotel, di kantor, di ruang kuliah, dan hampir disemua tempat. Bola telah menjadi sesuatu yang jika seseorang/ kelompok tidak mengupdate informasinya maka terasa ada sesuatu yang hilang dalam dirinya. Para fans berperilaku seolah-olah pemain bintang, para fans juga mengimitasi cara berpakaian, style rambut, gaya jalan, farfum yang digunakan, hingga mungkin pakaian dalam yang digunakannya. Dalam kondisi ini, bisa dikatakan sepak bola telah menjadi bagian dari hidup anda. Sepak bola telah menjadi ideologi, the way of life, wrold view, dimana media massa dan industri sepak bola adalah para pembawa pesan, para pendakwah dan seterusnya...... :)
Apakah industri bola beridiri sendiri ?. Dalam artian tidak ada ideologi dominan yang menopangnya. Dan apakah ideologi hanya sebuah ide (immateril) yang terpisah dari praktik (materil) dalam kehidupan sehari-hari ?. Apakah benar bahwa Sejarah benar-benar telah berakhir seperti yang diramalkan oleh Francis Fukuyama dalam karya The end of History”, dimana ia meramalkan kemenangan Kapitalisme-neoliberal sebagai pemenang akhir atas pertarungan Ideologi-ideologi besar dunia. Di awal tahun 90-an tersebut kontestasi dunia dengan ideologi pun seakan berakhir, kapitalisme melenggang di panggung sejarah sebagai pemenang. Walaupun di referensi yang lain, prediksi benturan peradaban di masa depan, bahkan kini kian nyata di hadapan kita semua ?. “Perang sosial” yang terus dikobarkan oleh aktifis “Kiri” dan “Anarkisme” dan meraih hasil yang menurut saya spektakuler, misalnya aksi Black Block di Seattle tahun 1999 berhasil membatalkan pertemuan para kapitalis dunia dalam “pertemuan WTO”. Aksi petani yang membakar diri sebagai bentuk protes tertinggi terhadap kebijakan Global yang semakin memarjinalkan petani. Sejumlah aktifitas kolektif Global di dunia nyata dan maya melakukan hal serupa yang digerakkan oleh “kesadaran kemanusiaan” atas ketidakadialan Global yang terjadi. Bahkan para akademisi ekonomi menginginkan perlunya Revolusi Hijau ke-2. Dibelahan dunia yang lain, khususnya “di Timur Tengah” kian bergejolak. Perebutan kuasa dan panggung politik di dunia arab, senantiasa menghiasa layar kaca, berita di media massa tidak pernah absen dalam liputan dunia Arab. Bahkan yang paling mutakhir adalah, Rencana Israel dan AS menyerang Negeri Mullah Iran, sebagai satu-satunya representasi Negara Islam yang kokoh dan nyata menentang kesewenang-wenangan Israel di Palestina, dan ketidakadilan kebijakan Washington terhadap dunia Islam. Bahkan ketakutan negara-negara kapitalisme pusat akan bahaya “poros setan”. Bersatunya negara-negara bekas Komunis (Rusia, China, Korea dll) dengan Negara Islam (Iran dkk) menjadi ketakutan akan pecahnya PD III.

Membandingkan Ideologi tentu tidaklah semudah fenomena sepak bola seperti dikalahkannya Timnas dalam Laga pra piala dunia, dan kondisi geopolitik yang dipaparkan secara sederhana di atas. Ideologi selalu hangat diperbincangkan, diperdebatkan, karena senantiasa mereproduksi dirinya. Dari bentuk yang satu ke bentuk yang lain. Bahkan dikalangan kajian-kajian kiri, perdebatan ideologi kian dinamis. Sebut saja yang terkenal adalah Louis Althuser, dan terakhir yang fenomenal adalah Zlavoj Zizek.

Secara garis besar, ada tiga Ideologi dunia yang senantiasa berbenturan di pentas sejarah, tanpa menafikan bahwa ada juga pseudoideology, ataupun varian-varian ideologi besar tersebut. Ketiganya adalah Islam, Kapitalisme dan Sosialisme. Walaupun Islam sebenarnya lebih tepat di sebut sebagai Din, Namun ada juga ahli dan pemikir yang megkategorikan sebagai Ideologi. Jika Ideologi dipandang sebagai pandangan hidup (world view).

Berikut adalah pengertian formal dari berbagai Kamus :

Merriam Webster Dictionary: visionary theorizing ; a systematic body of concepts especially about human life or culture; a manner or the content of thinking characteristic of an individual, group, or culture ; the integrated assertions, theories and aims that constitute a sociopolitical program.

Longman Dictionary : a set of beliefs on which a political or economic system is based, or which strongly influence the way people behave.

Oxford Advanced Learner: a set of ideas that an economic or political system is based on:
Marxist / capitalist ideology ; a set of beliefs, especially one held by a particular group, that influences the way people behave: the ideology of gender roles * alternative ideologies.

Berdasarkan pengertian di atas, maka secara mainstream, ketiga ideologi di atas ketiganya memenuhi kriteria. Eksplorasi selanjutnya fokus pada bagaimana ketiganya memandang individu, sosial dan relasi keduanya. Tentu saja tidak sebanding dan tidak sekelas jika, membicarakannya dalam konteks relasi individu, sosial dengan tuhan. Karena Kapitalisme ataupun sosialisme didasarkan pada filsafat materialisme, yang berbeda dengan Islam. Kira-kira itulah penjelasan kenapa ada tanda tanya (?) dalam judul tulisan ini. Namun dalam ranah sosial, ekonomi politik ketiga Ideologi tersebut layak diuji dan diadu :).

Di Indonesia, istilah ideologi secara umum digunakan secara ‘netral’ sebagai seperangkat gagasan yang relatif lengkap tentang dunia dan masyarakat (pandangan dunia), yang dimiliki kelompok tertentu. Jadi, kita dapati adanya ideologi kapitalisme, sosialisme, nasionalisme, Islam, dan sebagainya. Marx sendiri dalam The German Ideology, tidak menggunakan istilah ‘ideologi’ dengan arti seperti itu, melainkan dengan konotasi ‘negatif,’. Ideologi sebagai gagasan-gagasan imajiner (tidak sesuai dengan kenyataan) yang ‘melanggengkan’ tatanan sosial yang ada. Ideologi adalah seperangkat ajaran yang menjelaskan sebuah keadaan, sebagai sesuatu yang sebagaimana adanya, bahwa hal tersebut adalah benar adanya, padahal menipu, sebuah kesadaran palsu (False Consciousness). Singkatnya : “They do not know it but they are doing it-'sie wissen das nicht, aber sie tun es'. Dalam pandangan Marx, Ideologi adalah alat legitimasi, alat menyembunyikan realitas sesungguhnya, atas kondisi-kondisi riil yang dihadapi. Watak ideologi seperti yang dicurigai Marx dan generasinya seperti yang telah dilakukan oleh Kapitalisme. Kapitalisme itu penghisap kaum proletar, Kapitalisme itu salah, kita semua tahu, tapi apa yang bisa kita lakukan?”. Bahwa kita semua jatuh pada sinisme dan kita menganggap bahwa kita hidup dalam dunia yang non ideologis.

Kapitalisme yang tua renta dan liar
Kepitalisme sebagai pemenang laga, seperti yang diramalkan Fukuyama, benar-benar memainkan perannya dengan “baik”. “Baik” dalam artian merebut panggung sejarah dan merawatnya (menjaga) “ status quo” hingga kini. Kepiawaian merangkai empat serangkai dalam menciptakan hegemoni global. Apa empat serangkai tersebut ?. Namun sebelumnya, penting itu menyinggung sekilas tentang asumsi-asumsi dasar kapitalisme.

Kapitalisme adalah sistem perekonomian yang menekankan peran kapital (modal), yakni kekayaan dalam segala jenisnya yang digunakan dalam produksi dan reproduksi barang. Menurut Ayn Rand (1970), capitalism is a social system on the recognition of individual right, including property rights, in which all property is privately owned”. Ada tiga asumsi dasar kapitalisme menurut Ayn Rand, Pertama, Kebebasan individu, Kedua, Kepentingan diri sendiri (Selfishness) dan ketiga, pasar bebas. Kapitalisme adalah sistem yang didesain oleh empat serangakai untuk mengglobalkan modal, mendorong ekspansi komersial melewati batas-batas lokal, nasional dn internasional. Dimitri Mahayana (Dosen ITB) dalam makalahnya “Berhala Globalisme dan Kapitalisme Global” menyebutkan ada empat serangakian yang mendukung kapitalisme Global. Pertama, korporasi-korporasi raksasa dunia yang kapitalis , paling tidak demikianlah menurut David C. Korten, dalam “When Corporations Rule The World”. Dalam simbolisme agama, ini disimbolkan oleh Qarun. Kedua, para penguasa dunia, dalam hal ini adalah Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa yang terkait. Dalam simbolisme agama, ini disimbolkan oleh Fir’aun. Ketiga, para teknokrat, yakni yang telah merancang berbagai sistem globalisme untuk dan demi kepentingan Barat. Sistem ini mengandung PBB dengan Dewan Keamanannya, yang sering bertindak sangat tidak adil. Sistem ini juga mengandung World Bank, IMF, jaringan bank-bank besar di Barat. Uang-uang yang dikumpulkan melewati para penindas di seluruh negara dunia ketiga melewati Bank Swiss misalnya, akan dipinjamkan lagi menjadi utang-utang yang mengikat dan akhirnya merampas kemerdekaan bangsa-bangsa dunia ketiga. Demikian juga uang-uang yang dikumpulkan melalui berbagi perusahaan asuransi tingkat dunia. Agama (khususnya Islam) telah memperingatkan ; haramnya riba . Hak Kreatifitas Intelektual (HAKI) ,- suatu hukum global baru yang sampai diperjuangkan mati-matian oleh Bill Clinton dalam konferensi APEC di Bogor 1994- telah berubah menjadi alat teknokrat globalisme yang kurang masuk di akal. Tempe telah dipatenkan di Amerika , sehingga bila kita akan mengekspor tempe ke Amerika kita mesti ijin kepada yang memiliki patennya dan membayar hak ciptanya. Demikian pula batik Pekalongan dan karya-karya seni yang demikian hebat dari Bali, - si Pulau Dewata yang memiliki kekayaan antropologis tak terhingga. Para teknokrat ini , dalam simbolisme agama, adalah Haman sang teknokrat.
Kelengkapan dari empat serangkai yang menegakkan hegemoni kapitalisme global adalah para intelektual. Dalam simbolisme agama ini adalah Bal’am,yang merupakan figur ulama yang memihak para penindas. Dikembangkan secara besar-besaran wacana-wacana yang memandang dunia dan masyarakat yang penuh kebinekaan ini dengan kacamata tunggal. Yakni globalisasi. Toffler, Naisbitt, Ohmae, dan banyak pemikir lain. Globalisasi, dalam arti lenyapnya batas-batas antar negara, dianggap sebagai keniscayaan alamiah yang tidak pernah mungkin dapat ditolak lagi. Sebagaimana air jatuh ke bumi karena ditarik gravitasi bumi, teknologi modern, - khususnya -,teknologi informasi dan komunikasi menjebol batas-batas antar negara.Tidak ada lagi kendali pemerintah atas segala hal di masyarakatnya. Para pemikir dan intelektual mengeluarkan serangkaian teori-teori dan pandangan yang seolah-olah tidak memiliki alternatif lain.

Kapitalisme telah berubah. Seperti mahluk mutan yang menjadi monster karena terkena limbah beracun dari kotorannya sendiri, kapitalisme semakin brutal dan mengerikan. Aiko Morita, kepala Sony Corporation, berteriak-teriak hingga serak mengingatkan dunia akan bahaya besar terjerumusnya kapitalisme ke dalam limbah beracunnya sendiri, yaitu peralihan dari kapitalisme industri produktif ke kapitalisme jasa keuangan dan spekulasi. Kaum kapitalis raksasa dunia tidak lagi mengabdi pada kapital sebagai industrialis yang menciptakan pekerjaan-pekerjaan dan barang-barang yang bernilai-guna, tapi menggelimangkan diri ke dalam spekulasi pasar uang, pencaplokan perusahaan lewat pasar saham, dan aktivitas yang parasitis lainnya.

Sosialisme yang tak pernah lelah
Kondisi kekinian, instabilitas alam, konflik sosial dinilai sebagai efek bawaan hegemoni kapitalisme. Sejak zaman Marx yang melihat adanya eksploitasi dalam proses produksi, relasi majikan dan buruh yang tidak adil. Kritik juga datang dari sejumlah kalangan, kritik dari pendukung kapitalisme pun muncul, tapi sekedar untuk menyempurnakan sistem kapitalisme yang lebih mapan. Lain halnya dengan generasi Marx yang mengkritik dengan radikal. Setelah runtuhnya Uni Soviet, dan setelahdipimpin oleh Deng Xio Ping dengan corak sosialisme ala China. Ia mengawinkan sosialisme dengan kapitalisme ala barat. Dimana pemerintahan sebelumnya (Mao Zedong) dinilainya membawa China dalam kelaparan, penderitaan dan kesengsaraan. Mungkin seperti lagunya Slank, Makan Ngga' Makan asal ngumpul. Bahkan di masa kekuasaan Sosialisme Proletariat Mao, setiap pelajar punya tiga tugas utama yaitu sebagai Pelajar, Petani dan Sekaligus Tentara. Deng Xio Ping telah berhasil mengubah wajah China dari Sosialisme Diktator Proletariat ke Sosialisme ala China.
 
Panggung Global benar-benar menjadi kontestasi tunggal kapitalisme. Walaupun sejumlah kritik dan pemikiran tetap dinamis dan kontinu dikalangan pengikut Sosialisme, diantaranya adalah Louis Althusser (neo Marxis) melihat, mengapa kapitalisme dapat memproduksi ideologi dan melangsungkan keberadaannya dalam masyarakat, ia melihatnya sebagai mesin yang bekerja dalam masyarakat. Dalam analisisnya ia membedakan antara Repressive State Apparatus (RSA) dan Ideological State Apparatus (ISA) sebagai mesin yang mereproduksi struktur-struktur dalam masyarakat sehingga kelangsungan dan keberlanjutan kapitalisme dapat berlangsung.
RSA sendiri adalah struktur –struktur dalam masyarakat yang berfungsi mempertahankan ideologi secara repressif, RSA mencakup institusi –institusi Polisi, Penjara ataupun tentara, yang menjalankan dan menangkal semua bentuk perlawanan terhadap sistem. Sederhananya RSA berfungsi mempertahakan sistem secara fisik.

Sedangkan ISA bekerja memproduksi dan mereproduksi keberlangsungan sistem dan struktur-struktur dalam masyarakat , ISA bekerja tidak secara represif, ISA beroperasi secara soft, membangun fondasi bagi tersedianya SDM dalam struktur-struktur sistem sehingga berjalan secara ideologis, ISA dapat berbentuk seperti sekolah, gereja (institusi keagaamaan), sistem hukum, dan media. ISA berjalan melalui interpelasi, interpelasi bekerja melalui bahasa dan terjadi ketika individu merasa “terpanggil”, sehingga dapat dikatakan subjek adalah subjek berposisi. Perasaan 'terpanggil” tersebut merupakan proses pembentukan subjek melalui ideologi, subjek dapat mengenali dan memaknai realitas bentukan ideologi dalam suatu konfigurasi yang diproduksi oleh institusi-instititusi ISA.
Althusser sendiri tidak menjelaskan bagaimana bisa seseorang yang merasa “terpanggil”, menoleh. (misalnya saya memanggil kalian, hey anu, maka sontak kalian balik), dengan kata lain pembentukan subjek berposisi tersebut dengan interpelasi dimungkinkan, bagaimana seorang dapat “dirangkul” oleh ideologi atau merasa terpanggil untuk mengisi ruang kosong dalam sebuah sistem dan langsung mengamini ?
Slavoj Zizek mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan membagi Ideologi dalam beberapa mode : Doctrine, Belief and Ritual, akan tetapi Zizek dengan sadar bahwa pembagian narasi tentang ideologi tersebut, belum dapat membuka tabir ideologis, dalam tataran doktrin, misalnya apa yang kita percayai sebagai kenyataan masih dihadapakan pada sebuah permasalahan, apa yang baik dan buruk pun menempati suatu posisi yang tak dapat disangkal tak bebas nilai dan akan selalu subjektif.
Dan masih banyak lagi, pemikir-pemikir kiri yang mengeksplorasi lebih jauh tentang tema-tema ideologi, khususnya dalam rangka melakukan kritik terhadap bapak kandungnya “Kapitalisme”. Kita mengenal Mazhab Frankfurt, James Peterson, Foucalt dan lain-lain.

Islam ; Sederhana dan Progresif
Berdeda dengan kedua mainstream ideologi di atas. Islam sendiri jika dipandang sebagai ideologi. Islam bukan lahir dari pandangan materialistik, tidak berdasarkan pada kondisi sosial kemasyarakatan semata, juga tidak terjebak dalam titik ekstrim individualism atau sosialisme. Namun bukan pula jalan tengah dari kedua. Tapi sesuatu yang berdiri sendiri dengan stylenya sendiri. Walaupun dalam banyak hal, ajaran-ajaran politik dan sosial ada yang beririsan dengan spirit sosialisme.
Salah satu perbedaannya yang mencolok adalah, dalam Islam, hukum menduhului masayarakat, sedangkan kedua Ideologi diatas, kejadian yang terjadi dalam masyarakat kemudian dibuatkan dalam suatu mekanisme tertentu, misalnya lembaga demokratis. Ataupun negara. Sejauh yang penulis ketahui, Islam tidak menyepakati model pemerintahan ala Sosialisme-proletariat, ataupun model kapitalisme yang ekstrim pada “pemilikan individu”. Barangkali contoh yang populer untuk saat ini seperti Republik Islam Iran. Menghargai kebebasan individu namun tetap menjaga relasi-relasi sosial yang berkeadilan, dan juga tentunya pro pada tegaknya keadilan di muka bumi, menentang penindasan dalam segala bentuknya.

Namun sejatinya, Jika Islam dipandang sebagai Ideologi maka ia bisa menjadi spirit dan gerak langkah dalam menapaki kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh kontemporer seperti Asgar Ali Engineering, Ali Syariati, Imam Khomeine dan sejumlah Ideolog dan pemikir-pemikir Islam kontemporer lainnya, adalah sumber inspirasi dan referensi yang dapat menjadi gizi buat adrenalin kita semua. Kesederhanaan sebagai bentuk kritik sekaligus solusi alternatif atas kehidupan kapitalisme yang glamour, keadilan sosial dan kemerdekaan individu sebagai protes atas totalitarianisme sosialisme.
Islam adalah doktrin individu, dan sejumlah aturan-aturan sosial yang mengatur interaksi dalam masyarakat ataupun bernegara. Bahkan mengatur relasi antara individu, masyarakat untuk mengabdi kepada yang immateri (Tuhan) dengan cara-cara yang individu dan sosial (diktum: Untuk kebaikan seluruh alam).

Mengakhiri tulisan sederhana ini saya mengutip cerita AntZ dan A bug’s life. Ada sejenis serangga yang besarnya di antara lalat dan lebah. Serangga ini pada saat bertelur mematuk sejenis ulat, sehingga ulat tersebut pingsan. Ulat tersebut dibuat tidak mati, namun hiduppun tidak. Ketika telur-telur ini menetas, anak-anak serangga itu ramai-ramai memakan ulat yang sedang pingsan tersebut, tanpa merasa dosa sedikitpun, karena mereka tidak mengetahui (tidak melihat sendiri) saat ulat tersebut dipatuk. Ketika anak-anak serangga itu sudah besar dan mau bertelur,mereka mengulangi siklus yang sama. Benarkah bahwa kapitalisme global itu adalah sang serangga ; dan benarkah bahwa kita semua di dunia ketiga adalah ulat yang dipatuk,- yang dibuat hidup segan mati tak mau- yakni dipertahankan sebagai mediocre, semoga kecintaan kita berolahraga khususnya Soccer, tidak menjadi santapan bagi serangga kapitalisme. Dan galau jika tim kesayangannya kalah, hingga mengganggu aktifitas lainnya, jadi benar kan kalau galau itu ideologis ! Entahlah.... mari kita diskusikan bersama :D

Wassalam, WAB, @Alamyin. Parang Tambung, Makassar, 20 April 2012.
Bahan diskusi di Intermadiate Training BEM FMIPA UNM, di Benteng Somba Opu 20 April 2012.

Sumber Inspirasi:
  • Imajinasi Alamyin
  • DR. Dimitri Mahayana (Dosen Jurusan Teknik Elektro ITB), Berhala globalisme dan kapitalisme global.
  • Husain Heriyanto, Kapitalisme Sebuah Modus Eksistensi (Materi Pengantar Diskusi di HMI Cab. Depok).
  • Eko Mukminto, Ideologi dan Realitas dalam Pemikrian Zizek
  • Mohamad Zaki Hussein, Ideologi dan Reproduksi Masyarakat Kapitalis
  • Martin Suryajaya, Dilema Althusser
  • Syamsu Alam; dalam TOR Advanced Training BEM UNM 2006 dan 2007.
  • Syamsu Alam, Wawasan Sosial: overindividualim, overkolektivisme, 2010.
  • Rayuan (Iklan) Afika dan Zizek. Http://www.alamyin.com
  • Kamus Stardict on Linux

15/07/2009

berPOLITIK tanpa POLITIK


kosakata apa yang paling banyak dibincang oleh masyarakat kita kahir-akhir ini ?, mulai dari ibu-ibu di tempat arisan, pangkalan ojek dan sopir, di kantor-kantor, para mahasiswa hingga nenek-kakek yang sudah ompong sekalipun, membicarakan kosakata "POLITIK" tepatnya Pemilu. ya.. politik, media massa telah berhasil 'membooming-kan' praktik politik (baca;pemilu) melampaui gosip 'manohara' ' dan sejumlah kasus-kasus yang sempat hot dibincang di media cetak dan elektronik.

politik dalam arti sederhana adalah suatu ikhtiar untuk mencapai tujuan. politik dalam arti sempit dan banyak di anut oleh para politisi adalah, bagaimana merebut dan mempertahankan kekuasaan, dengan cara apapun, biasa disebut menghalalkan segala cara. nah, kalau memang begini kondisinya maka yang terjadi adalah persaingan, peperangan untuk meraih kekuasaan, akibatnya pasti ada yang menang, ada yang kalah. TIDAK mungkin terjadi win-win solution, NEVER kata Mario teguh.

politik itu seni, seni meraih dan mempertahankan kekuasaan, lebih tepat disebut strategi/taktis merebut kuasa. meskipun kerapkali seni dijadikan alat politisi, masih ingat kan, istilah seni untuk politik atau seni untuk seni,. benar yang mana ya..,. terserah penilaian Anda,tapi bagiku baik seni ataupun politik kalau ia telah membelenggu nalar dan imajinasi maka sebaiknya mencari alternatif agar nalar dan imajinasi bisa bebas-merdeka. :-P. Praktik memperebutkan kekuasaan bukan hanya terjadi di ruang negara, dalam praktik korporasi pun nampak. misalnya perang software antara Apple, microsoft, untuk menguasai pangsa pasar dan mearup untung tentunya.Bahkan generasi-generasi awal perang software yang terjadi kerap mempelintir kata-kata leonardo da Vinci, dalam film the Pirates of Silicon Valley, Steven Job (Apple) mengibarkan bendera bajak laut di depan kantornya (thinking_unsure).Tahukan bagaimana perilaku bajak laut.......!!!

lalu apakah kita mesti terjebak dan merelakan diri tenggelam dalam arena yang menjengkelkan bahkan memuakkan. menjengkelkan jika untuk mencapai tujuan (baca:kekuasaan) fitnah dan kebohongan adalah santapan wajib oleh para politisi. Memuakkan jika para politisi itu memainkan dan mempermainkan IMAGINASI dan PIKIRAN kita, entah lewat Iklan ataupun media lainnya,di seret ke khayalan ilusi, janji-janji yang tak mungkin bisa dipenuhi. lebih parah lagi dalam banyak kasus masyarakat kita di konflikkan. Tujuannya bisa bermacam-macam, mengorbitkan(mempopulerkan) tokoh, atau militer perlu tambahan anggaran, atau mungkin dijadikan event oleh korporasi agar suatu regulasi(undang-undang) bisa berjalan mulus supaya media tidak sempat atau tidak menarik minat media meliput pembahasan undang-undang /aturan utamanya yang menyangkut harkat hidup orang banyak dan kontroversial (lihat hadirnya UU PMA, privatisasi air, migas dan pendidikan /BHP)serta kemungkinan-kemungkianan lain, yang kemungkinannya mendekati 99,9% ;-).

Politik memang kejam !,
demikian ungkap kebanyakan orang yang telah menjadi korban-korban politik. lalu, Adakah ruang politik yang tidak membutuhkan cost, korban yang besar. PASTI selalu ada solusi, demikian ajaran matematika.;-). Bukankah politik adalah seni mencapai tujuan. Seni itu indah, imajinatif, menggerakkan dan mampu menginspirasi banyak orang. Arena politik tidak mesti selalu dipanggung-panggung perebutan kekuasaan, politik juga bisa kita buat indah seindah cahaya rembulan di malam purnama, jika ia kita maknai sebagai ajang untuk memberi manfaat sebanyak mungkin kepada sebanyak-banyaknya orang, dimana kejujuran dan ketulusan adalah jubah kebesarannya. hal tersebut bisa kita wujudkan dalam praktik-praktik kolektif atau komunitas,organisasi mandiri, keluarga, dimana prinsip kerjasama kolektif, memberi manfaat, setiap orang bisa memberi saran usul dan rancangan kerja tanpa harus mengebiri hak individu orang yang "katanya demi kepentingan bangsa".Sebuah dunia tanpa tatanan kuasa-menguasai, tanpa WAKIL yang tak pernah mewakili kepentingan kita, tetapi brdasarkan kerelaan bekerjasama, karena tidak ada yang pantas menguasai atau mengontrol selain yang menciptakanMU.

Nah, jika politik kita maknai seperti paragraf terakhir di atas, maka setiap orang bisa berpolitik tanpa partai politik. Bisa berbuat baik kapan, dimana saja tanpa harus menunggu instruksi atasan, atau program kerja.... bersambung....

05/02/2009

Belajar berdemokrasi ala Wikipedia


Demokrasi adalah konsep yang sangat tua yakni Abad ke-6 sebelum Masehi sampai dengan pertengahan abad ke 4 sebelum Masehi dan di praktekkan di polis-polis (Negara kota) di Athena dan sekitarnya. “People” dalam konteks Yunani Kuno adalah warga Negara laki-laki.
Demokrasi yang dikenal sekarang adalah perpaduan dari dua konsep yang sama sekali berbeda. Pertama, konsep demokrasi (demos dan cratein) yang memang berakar dari tradisi Yunani Kuno dan Kedua, konsep representasi yang berakar dari sistem feodal. Kedua hal ini menghasilkan apa yang disebut dengan Representative Democracy atau demokrasi perwakilan. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga ini berkembang menjadi salah satu kamar dalam parlemen negara-negara, seperti kelihatan nyata-nyata dalam parlemen tertua di dunia, yakni House of Commons dalam Parlemen Inggris.

Agenda pembangunan demokrasi di banyak negara Dunia Ketiga saat ini tidak bisa dilepaskan dari proyek globalisasi ekonomi yang dimotori oleh negara-negara maju (Barat), yang secara aktual semakin mempolarisasi dunia ke dalam ruang-ruang ketidakadilan dan ke-tidaksetara-an (global spaces of injustice and inequality). Berbagai rezim pemerintahan di Dunia Ketiga menyepakati kepentingan untuk memfasilitasi tumbuhnya institusi dan praktek demokrasi yang memungkinkan ruang yang lebih luas bagi intervensi negara-negara Dunia Pertama sebagai pemberi donor dari proyek pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga itu. Secara khusus, intervensi ini mewakili kepentingan ekonomi untuk mengorientasikan negara-negara Dunia Ketiga berintegrasi ke dalam sistem pasar global meskipun kondisi yang memungkinkan bagi proses integrasi itu tidak setara. Menurut Noam Chomsky (1996), kondisi ketidaksetaraan dalam globalisasi ini merupakan suatu agenda imperialisme mutakhir yang secara ironis difasilitasi oleh kanal-kanal (saluran) demokrasi dimana rezim pemerintahan terpilih sebagai representasi dari konsituennya. Jadi dapat dikatakan, efek politik representasi sangat memungkinkan membuka peluang bagi praktik-praktik demokrasi yang distorsif.

Demokrasi kerap disamakan dengan pemilu. Indonesia yang dianggap sebagai penyelenggara demokrasi “tersukses” sejak pemilu 2004. namun bersamaan dengan predikat tersebut jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat, ketidakpedulian pemerintah terhadap warga negara semakin nyata. Dan negara seolah tak peduli dengan warganya. Pemerintah lebih sibuk menjamu para investor/ pemodal, menyediakan hidangan undang-undang, regulasi dan semacamnya daripada memenuhi hak konstituennya. Benarkah demokrasi hanya melahirkan kesengsaraan bagi masyarakat ?, hanya sebagai alat eksploitasi rakyat dan sumber daya alam.
Fenomena-fenomana yang terjadi semakin meneguhkan pandangan banyak kalangan bahwa Power tends to corrupt. Demokrasi perwakilan tidak mungkin dilaksanakan tanpa distorsi. Ketika para wakil rakyat sudah duduk di parlemen, maka mereka memiliki kepentingan yang relatif berbeda dari kepentingan yang diwakilinya. Seringkali, mereka berpendapat bahwa mereka lebih mengetahui apa yang terbaik untuk para pemilihnya. Hal ini akan mendistorsikan aspirasi. Ada beberapa alternatif yang dapat dijadikan wacana selain demokrasi perwakilan. upaya untuk meminimalisir distorsi aspirasi yaitu inisiasi warga, referendum dan recall. Alternatif lain yang harus dilakukan untuk mengkompensasi distorsi aspirasi dalam Demorasi Perwakilan adalah lembaga Promulgasi. Kira-kira, promulgasi itu sama dengan ketika para pengawal raja pada zaman kolonial pergi ke tengah pasar, membunyikan terompet dan membuka gulungan kertas serta mengumumkan titah raja kepada khayalak ramai. Alternatif lain adalah anarkisme.
Berlainan dengan anggapan umum bahwa anarkisme adalah keadaan kacau balau, a-narchos berarti tanpa penguasa. Dalam filosofi anarkisme, istilah ini dipergunakan secara positif untuk menggambarkan masyarakat tanpa penguasa dan tanpa hukum yang segala sesuatunya diusahakan bersama secara sukarela.

Selain alternatif-alternatif di atas. yang membutuhkan perjuangan panjang untuk mewujudkannya. Kita dapat belajar banyak dari Eksiklopedia raksasa, Wikipedia. Wikipedia yang diciptakan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger pada tahun 2001 tumbuh dengan pesat. Kisah sukses Wikipedia merupakan contoh nyata dari apa yang disebut sebagai "collective wisdom from the crowd". Dimana, setiap orang dapat menyumbangkan artikel baru, artikel yang ada di Wikipedia dapat disunting dengan mudah. Artinya setiap orang dapat memberikan informasi yang benar atau salah. Namun nyatanya kredibilitas wikipedia tetap terjaga. Apa yang khas dari model sunting dan edit artikel di Wikipedia

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Wikipedia yaitu, pertama, adanya keragaman pendapat. Kedua,adanya kebebasan berpendapat, namun pendapat seseorang tidak ditentukan oleh pendapat orang-orang disekitar mereka.Tidak seperti kepanikan investor di pasar modal, atau ikutan yel-yel dalam kampanye politik atau demonstrasi. Ketiga, adanya Desentralisasi. Masing-masing orang mampu mengemukakan pendapat berdasarkan local knowledgenya.Ada hak otonom yang dimiliki oleh setiap individu untuk menentukan pendapat, sikap, ekspresi tanpa ada dominasi ataupun anjuran yang sifatnya mengikat dari atasan/pusat, yang mirip-mirip dengan doktrin, surat perintah dan semacamnya. Ciri yang terakhir adalah adanya metode yang baik untuk mengumpulkan pendapat masing-masing orang dan diolah menjadi sebuah KEPUTUSAN KOLEKTIF.

Andaikan Keempat dari karakteristik yang dikemukakan dapat terinternalisasi dalam gerak perilaku partai politik, lembaga pendidikan atau lembaga-lembaga publik lainnya maka mungkin fatwa Golput MUI tidak perlu terjadi.mode-mode pengambilan kebijakan yang vertikal (berdasarkan lembaga tertinggi an-sich) bukan berdasarkan kemampuan intelektual sudah saatnya ditinggalkan dengan model-model horizontal yang melibatkan sebanyak mungkin orang. Utamanya hal-hal yang berkaitan dengan layanan publik. Sekiranya pengandaian ini masih tetap menjadi pengandaian maka adakah harapan untuk menyerahkan nasib kita pada orang yang bakal "mewakili" kepentingan kita.yang nantinya membuat aturan seenaknya tanpa harus bermusyawarah, berdiskusi dengan yang mereka wakili. sungguh benar-benar bukan wakil :-D

alamyin@yahoo.com