Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

17/10/2012

Sekilas Jejak Boot-Camp Training Program Ethics for Entrepreneur

Boot-Camp Training Program Ethics for Entrepreneur Bank Mandiri & Rumah Perubahan Apa yang kita lakukan semata-mata untuk diri sendiri, akan mati bersama kita. PerUBAHan yang kita lakukan dan bermanfaat bagi orang lain, akan kekal abadi… (Dikutip dari Header Web Rumah Perubahan_ Renald Kasali Training Center)
From Alamyin
Sekilas Jejak Boot-Camp Training Program Ethics for Entrepreneur. Awalnya tidak percaya kalau Rumah Perubahan yang didirikan oleh Pak Rhenald Kasali mengundang saya dan 47 anak muda se-Indonesia (walau sudah ada juga yang om-om, peace om) dari Aceh, Sumatra, Bandung, Jogja, Makassar, Purwakarta, Kalimantan, Surabaya, Papua, Bogor, Palembang, Jakarta dan lain-lain untuk menghadiri Boot-Camp selama 4 hari 23-27 September 2012, Para peserta adalah Finalis wilayah dan Nasional Wirausa Muda mandiri (WMM). Pertama kali di telpon saya acuh saja, namun begitu cek email ternyata benar. Pesannya Official dari Rumah Perubahan kerjasama dengan Bank Mandiri. Besoknya di hubungi lagi oleh Neng Terecia untuk konfirmasi kepastian kehadiran dan akhirnya saya menyatakan kesedian dan kesiapan menghadiri kegiatan tersebut. Namun sebelumnya saya pun mencari informasi tentang Rumah Perubahan, search sana-sini, bertanya pada om Goggle dan denah lokasinya. Sehari sebelumnya saya berangkat sekalian singgah menyapa teman di PB HMI-MPO di Jaksel. Sdr.Akbar salah seorang pejabat teras organisasi kemahasiswaan tertua dan terbesar di Indonesaia yang pertama kali saya temui. Dia pun yang membantu menunjukkan arah transportasi menuju kantor Rumah Perubahan. Esok hari, tepat jam 15.00 berangkat menuju Rumah Perubahan (RP), Alamatnya (RP) yang sedikit sulit ditemukan sebagaimana yang dialami juga oleh beberapa teman yang baru pertama kali menginjakkan kaki di Rumah Perubahan. Tiba di (RP) disambut dengan senyum sumringah oleh pengelolah tempat tersebut. Asri, tenang dan menyejukkan adalah kesan pertama ketika memasuki halaman tempat tersebut. Malam Pertama di Rumah Perubahan, peserta yang datang dari hampir seluruh penjuru tanah air masih terkesan “dingin” mungkin pada Jaim kale…. Konsep Rumah Perubahan yang dikhususkan untuk Training for Entrepreneurship tidak seperti pusat training pada umumnya. Konsep yang sederhana nan elegan serta perpaduan penginapan ala Jepang (tatami) yang memungkinkan peserta saling kenal dan berinteraksi tanpa harus takut kehilangan barang-barang berharga. TRUST, saling percaya adalah nilai yang pertama kali terekam dalam benakku.
From Alamyin
Hari pertama, Perkenalan oleh Bung Wisnu, Fasilitator kami yang harus jadi korban kejahilan peserta Batch 4&5, jangan ada dendam walau dua kali harus di “celup” ke sungai :). Pukul 13.17 usai break, Pak Rhenald member sambutan selamat datang dan pengantar tentang Ethics for Entrepreneur. Banyak hal yang disampaikan oleh beliau diantaranya yang sempat terekam adalah Wirausaha itu komersial, karena komersial maka ada transaksi, dalam transaksi ada interaksi, pengusaha yang baik harus tetap memperhatikan etik dalam interaksi. Tidak ada bisnis yang tujuannya kaya. Dalam bisnis yang penting adalah kerja keras bukan kerja cerdas yang biasanya berujung instan. Beliau juga menekankan bahwa, kalau mau beretika, Anda harus tetap kritis. Dalam benakku sepakat dengan ungkapan yang terakhir, karena hanya dengan kritis, inovasi dapat terwujud. Hari pertama di Rumah Perubahan adalah hari yang sangat berkesan. Pendopo yang sederhana yang dibawahnya ada kolam ikan, Suasana hijau nan asri seolah jauh dari hingar bingar perkotaan. Di Hari yang sama, dari Pihak Bank Mandiri, Ibu Diah Martha yang memberi sambutan, motivasi dan share seputar nilai TRUST seperti yang diyakini Mandiri. Hari kedua di Rumah Pengetahuan. Masuk pendopo lebih awal dari hari pertama. Jam 05.00 wib. diruangan kami diposisikan duduk bersila tapi bukan untuk makan. Didepan setiap peserta telah disediakan kertas dan pengalas, lilin dan oles anti nyamuk. Instruktur pagi ini adalah Mba’ Ira. Perempuan yang kelihatannya menyukai yoga, terpancar dari wajahnya yang ayu nan menawan. Sebelum berangkat ke Green Area, Kami dibimbing oleh instruktur menarik nafas secara perlahan.. hitungan1-10 tariik nafas. 1-8 tahan nafas dan 1-10 hembuskan nafas secara perlahan. demikian seterusnya hingga beberapa menit. Walaupun hanya bernafas terasa melelahkan bagi yang tidak biasa melakukan yoga, seperti saya :-) konsentrasi mengikuti instruktur yoga dan rangkaian kata yang dituturkan oleh Mba Ira, yang mengalir dari bibirnya yang mungil, yang tergambar dari suaranya yang merdu, tertata dan menyejukkan. saya dan kawan2 peserta yang lain tetap hening dan hokmat mengikuti yoga yang betlangsung sekitar 10-20 menit. untaian kata yang diinjeksikan ketelainga kami dalam keadaan semedi, begitu menyentuh. ajakan mengenali diri, merefleksi kehidupan diri dan kualitas diri. merenungi hal-hal yang pernah dilakukan. suasana hening di pagi hari dimana matahati belum menampakkan wajahnya. walau yoga sedikit terganggu dengan kehadiran teman2 yang terlambat, atas keterlambatan mereka dan berdasarkan kesepakatan bersama, mereka harus membayar denda Rp.50 perorang. Yoga selesai dan mba Irha mengarahkan kami ke green area. dengan mengikuti obor yang telah disiapkan panitia sepanjang jalan menuju green area. Di green area di atas rumput yang hijau dikelilingi taman tanaman sayur, kali dan kolam ikan. suasana hening pagi jauh dari kebisingan kota Jakarta. Tempat yang didesain layaknya kehidupan yang akrab dengan alam dan alami. Di atas tikar di lapangan kami menulis segala imajinasi tentang diri kami. Saya hanya membuat gambar tentang diri yang tumbuh dan berbagi dengan yang lain. Imajinasi saya tentang Lilin, kertas putih dan lilin. Kemudian mengintrodusir kedalam diri. Acara pagi dilanjutkan dengan Aerobik. Instruktur cewek lagi. pagi yang benar-benar indah. diawali dengan hening ala Yoga dipandu mba Ria. dan aerobik dipandu oleh Neng Lulu. semangatnya luar biasa, enerjik. … Goyangannya Neng, Mbak, Kang, Daeng, Mas, Bung, Bro, Bang….. acar pagi selesai, saatnya mandi dan bergegas ke Pendopo.
From Alamyin
Hari ketiga, Para peserta makin akrab. Jaim-jaiman pada hari pertama berangsur luluh dibawa oleh angin sejuk Rumah Perubahan. Bung Bolang yang mengajarkan mantra pemanggil hujan, namun tak hujan-hujan…. :-). Game-game kecil sebelum Out Bound dimulai. Out Bound seru-seruan dari mengumpulkan telur, duren, mangga, buah kelapa, panjat pohon hingga mencuri koleksi kelompok lain jika mereka lalai menjaga barangnya. Saya di kelompok 4, tepatnya dengan brand “Kelompok WOW”. Tiga kelompok lainnya juga punya yel-yel yang unik . walau berbeda para peserta tetap semangat berburu dan mengumpulkan poin. Setelah penghitungan hasil koleksi telur, duren, mangga dan kelapa di hitung, muncullah juara yang memperoleh poin terbanyak. Sambil mencicipi hasil buruan para peserta berbagi cerita tentang game yang diberikan Bolang (bukan si Bolang, katanya). Sesi selanjutnya adalah Gladiator. 5 orang dari setiap kelompok harus bertarung di Kolam Gladiator untuk menangkap ikan lele dengan mata tertutup. Disinilah seru-seruan berlanjut….Semangat, keakraban, persaudaraan, solidaritas, dan nilai pembelajaran mengalahkan lumpur di kolam gladiator. Di sesi inilah Bang Wisnu (fasilitator) harus rela basah-basahan dengan kami. Untuk kali pertama, fasilitator dikerjai oleh peserta. :-) Selama Boot-Camp, kami memperoleh pengetahuan yang melimpah dari berbagai Praktisi bisnis dan akademisi diantaranya Pak Sudamek (Garuda Food), Bu Noni Purnomo (Bluebird), Pak Masril Koto (Bank Petani), … (Depo Bangunan), Tjahjadi Lukiman (Adira Motor atau Dokter Perusahaan :) thanks bukunya Pak), Donny Gahral Adian (Dosen Filsafat UI), Tonny Warsono (Wijaya Karya), Teddy Rahmat (Hanjuang), Hasnul Suhaimi (XL).,. Berbagai trik, metode dan pengalaman di share oleh orang-orang hebat di atas. Sekali lagi, kerja keras, Trust dan nilai integritas lainnya. Singkat cerita, sampailah pada malam terakhir. Setelah mengikuti sesi sharing di Cracker Room dengan CEO salah satu operator di Indonesia dalam mengembangkan market sharenya. Acara di lanjut di Pendopo, peserta kelihatan semangat dan fresh, walau sudah menjelang pukul 22.00 WIB, soalnya yang ditemani berbagi cerita adalah empunya Pendopo (Pak Rhenald). Sesi ini semacam sesi “refleksi diri” atau sejenis coaching. Dimana setiap peserta harus menulis 2 nama teman yang dianggap perlu ‘memperbaiki diri” atau “merefleksi diri”. Namun sebelumnya pak Rhenald share tentang cerita persepsi Gorilla yang hidup pada temperature dan cahaya ekstrim. Etik menurutnya bukan hanya value tetapi juga strategi, dengan kata lain nilai yang baik harus di dukung dengan proses yang baik pula agar mencapai hasil yang baik. Setelah semua peserta selesai menuliskan 2 nama peserta lain, di rating dan memperoleh point terbanyak akan di beri kehormatan untuk duduk di depan kami. Sedangkan peserta yang lain harus memberi komentar tentang pribadi peserta yang memperoleh scoring tinggi. Tiga diantara yang memperoleh point banyak sebut saja X, Y, dan Z. Ada 2 syarat yang tidak boleh dilanggar oleh yang ditunjuk member komentar. Pertama, tidak boleh memuji atau menyebut kebaikan. Kedua, Tidak boleh mengatakan “saya tidak mengenalnya”. Jika melanggar maka akan di cebur ke kolam, hahahaha…. Serantak ketawa para peserta. Walau jam di Pendopo menujukkan pukul 00.15, peserta masih semangat dan enjoy mengikuti sesi malam terakhir ini. Point penting dari ‘refleksi diri”, Alhamdulillah tidak ada yang tersinggung, suasana cair , sedikit ada haru biru dan sesekali guyon menghiasi malam-malam terakhir kami di Rumah Perubahan.
From Alamyin
Mengakhiri Review singkat ini, saya kutip penggalan tulisan yang pernah saya tulis Enterpreurship VS EnterpreneurShit. Sungguh, kita merindukan enterpreneur yang benar-benar “Siiip” “Jempolan” “mantap” yang tidak hanya berbisnis untuk memenuhi hasrat keserakahannya semata. Namun dia juga peduli pada keberlanjutan sistem sosial yang lebih baik, ekosistem alam tetap terjaga, dan yang paling penting tidak menghancurkan kearifan dan nilai-nilai budaya kita yang luhur. Budaya yang menganggap bahwa Anda adalah diri saya yang lain. Terima kasih Bank Mandiri, Rumah Perubahan, Teman-teman Boot-camp Batch 4&5, dan siapapun yang terkait demi suksesnya kegiatan ini. Lets Change ! Review kegiatan ini bukan official penyelenggara, tetapi murni persepi dan pendapat pribadi Reviewer yang juga adalah salah satu peserta dalam kegiatan tersebut. wassalam. WAB. alamyin. di Publish pertama kali di kompasiana.com oleh Alamyin #http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/10/17/sekilas-jejak-boot-camp-training-program-ethics-for-entrepreneur/501725/

13/09/2012

CATATAN SEORANG (yang dianggap) PEMBANGKANG


CATATAN SEORANG (yang dianggap) PEMBANGKANG (bag.1 )

Mengenang masa-masa pencarian diri, pergulatan identitas di kampus Parang tambung dan sekitarnya, dari berbagai inspirator.


(Diramu dari alam bawah sadar serpihan kisah di awal millennium 2K), Nama dan peristiwa adalah benar adanya, bersumber dari alam bawah sadar yang pernah terekam beberapa tahun silam_ catatan ini diinspirasi dari seorang Kakek, mantan anggota Dewan 5 periode, alumni HMI periode JK, sebut saja namanya H.Yunus.Istilah alam bawah sadar yang disampaikannya tidak sepenuhnya sesuai dengan istilah Freud, semoga Allah senantiasa memberkatinya).

Syamsu Alam | Makassar, 12 September 2012

Indikator keberhasilan mahasiswa dari ospek hingga tamat adalah generasi yang bercita-cita menjadi guru, dosen, karyawan dan lain-lain sekaligus tidak bermental ‘Krupuk’ dan berpikiran ala ‘Roti”
(Alamyin)

Dulu sebelum kuliah, saya bercita-cita menjadi Pilot, entah karena waktu kecil setiap pagi saya melihat pesawat lalu lalang di depan rumah kakek, tapi bukan pesawatku, pesawat yang datang dan pergi di Bandara Hasanuddin Ujung Pandang (Mandai).
Seiring berjalannya usia, lagu-lagu Iwan Fals mendapat tempat dihatiku, satu persatu kunikmatinya, hingga pada suatu saat menjelang tamat SMA, saya ingin seperti anak kecil dalam lagunya Iwan Fals. "sore tugu pancoran". Walaupun saya tidak tahu dimana tugu pancoran, saya Ingin kuliah dengan biaya hasil jerih payah sendiri, walau hanya dengan menjajakan koran ataupun menemani orang-orang bekerja.

Singkat cerita saya mendaftar UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri) program studi yang menarik bagiku adalah Matematika, Jurusan lain sama sekali tidak menarik minat saya, jauh dari preference imajinasiku, sosial, politik, ekonomi. Kecuali Teknik, ada sedikit godaan untuk melanjutkan studi Teknik Informatika, mengingat PTN saat itu belum ada yang membuka program itu akhirnya kembali ke selera awal "Matematika". Akhirnya dengan perjuangan yang sedikit melelahkan. Latihan soal-soal, absen main bola dan bulutangkis demi sebuah status "Mahasiswa".

Hari yang menegangkan tiba. Pengumuman UMPTN. Teman-teman saya begitu antusias dan progresif mencari pengumuman untuk mengecek apakah nomor undiannya (tes) dimuat di koran. Ada yang berangkat pagi-pagi sekali. Namun saya memilih berangkat agak siang. Walau saya tinggal di Bogor (Bontonompo Gowa Raya, dengan perkiraan 1 jam perjalanan tiba di Pettarani dengan kendaraan khas Gowa-Makassar (pete-pete Merah). Tapi hari itu, saya memilih naik Damri dari terminal sumigo. Sepertinya hari itu dewi Fortuna memihak kepadaku, tanpa harus membeli Koran saya bias mengecek nomor undian di Koran, karena duduk bersebelahan dengan perempuan yang cantik sedang mencari-cari nomor undian, tapi bukan nomornya, Nomor anak kesayangannya. Setelah perempuan itu menemukan nomor yang dicarinya, ia pun meminjamkan kepada saya untuk menjelajah angka dan nama,….ta da… Alhamdulillah, nomor pendaftaran 80-4011… Syamsu Alam terlacak sensor mataku.

Masa-masa meneganggkan belum usai. Pendaftaran ulang, mengurus berkas, berjumpa dengan senior yang sangar-sangar. Cerita tentang senior sangar, saya peroleh dari tetangga yang mengenyam lebih awal manis-asam-asin kehidupan mahasiswa. Bahwa Ospek adalah tahapan yang membutuhkan stamina ekstra untuk dilalui, kesiapan fisik, psikis dan nyali perlu dipersiapkan dengan matang. Tapi lagi-lagi saya biasa-biasa saja, sok..sok menenangkan diri. 

Akhir millennium ke-2, atau menjelang Tahun 2K merupakan fase Ospek yang masih terhitung keras bahkan sedikit kejam. Dalam sehari syukur2 kalau kita bisa berdiri dan bergaya di depan senior-senior. Bentakan… dan hentakan yang paling dominan terekam dalam benakku adalah Jalan Jongkok, merayap, push up dan bla..bla…bla… hingga hari ketiga Ospek tangan dan siku berdarah karena harus merayap di atas aspal sepanjang belakang gedung FF 103-Workshop Matematika, jalan jongkok di selokan-selokan MIPA UNM, hingga harus memanjat pohon yang kini sudah tiada di depan himpunan Matematika. Ada pula kejahilan senior yang diturunkan kepada kami yang botak-botak adalah sejenis “permen Massal” satu permen di gilir dari mulut ke mulut ,.. eeits tapi bukanji ciuman ala film itu. Gesek-gesek ketek antar teman sambil menyanyikan lagu “long beach” salah satu Iklan yang popular ketika itu ‘’ la la..la..la..laa...lala..lala…..”

Itulah kegiatan OUTDOOR setiap subuh hingga jam 9 sebelum masuk diruangan 103-104 selama masa OSPEK(PESMAB MIPA). Untuk mendengar materi tentang berbagai aktifitas kegiatan mahasiswa (LK-UKM-BIRO-BIROKRASI KAMPUS dan Wawasan-wawasan lainnya). Di dalam ruangan tak jarang bentak dan gertakan masih berlanjut, khususnya dari panitia yang sering berdiri di dekat pintu (khususnya seksi keamanan), memantau aktifitas kami yang botak dan berbau. Panitia atau senior lain yang biasanya adalah pejabat-pejabat teras kampus (mungkin hanya Jaim kale… :P)kadang memberi pencerahan, presentase dan arahan dengan pendekatannya sedikit soft, komunikatif, dan sedikit demokratis, metode pendekatannya juga bervariasi, bukan hanya hardikan dan gertakan ala militer yang terdengar. Bukan hanya ala militer, gaya imitasi artis kerap dipertontonkan, hukuman berupa nyanyian.Namun, kami seolah-olah merasa nyaman dari “kebringasan” senior-senior yang sok “militeristik” dan keusilan-keusilan lainnya. Dengan cara itu seolah mengharapkan penghormatan dari kami. Dan masih banyak lagi cerita yang mengharu biru di kampus Biru MIPA.

Satu lagi yang berkesan adalah senior perempuan, disalah satu pos yang berbaik hati melindungi dari keprogresifan senior lain. Walaupun pada dasarnya ia juga mempunyai bakat dan kuasa untuk membentak dan menghardik, namun ia memilih bertanya tentang suatu hal, s..e…n…s…o….r… here, semoga ia bahagia dan dirahmati olehNYA.

Terlepas dari +/- kegiatan penyambutan mahasiswa baru, saya teringat dengan ungkapan Pak Ismail (dosen Biologi) (ketika itu PD III MIPA UNM)mengatakan dengan mengutip buku “Quantum Learning”, bahwa esensi penyambutan mahasiswa baru adalah, bagaimana membawa dunia mereka ke dalam dunia yang baru. Artinya ada upaya untuk menginternalisasi dunia yang belum pernah mereka peroleh. Dunia kampus, aktifitas belajar mandiri, keuletan, kerja keras, tanggung jawab pribadi dan sosial dan nilai-nilai universal yang lain (kemanusiaan, kebebasan). Nah, jika transformasi dan internalisasi nilai-nilai kampus berhasil dilakukan maka Ospek bisa dikatakan berhasil. Indikator keberhasilan mahasiswa dari ospek hingga tamat adalah generasi yang bercita-cita menjadi guru, dosen, karyawan dan lain-lain sekaligus tidak bermental ‘Krupuk’ dan berpikiran ala ‘Roti”. Bukan pula yang mengangungkan masa lalu dan keluarganya.


Kuliah hari pertama. Sebagaimana biasa adalah pemilihan ketua kelas. Walaupun nama saya masuk nominasi 3 besar calon ketua, namun demokrasi mayoritas saya harus puas diberi amanah, sebagai ketua pelaksana pengajian angkatan. Ketika itu setiap angkatan baru melakukan pengajian angkatan, diorganisisr sendiri dan tentunya ada bimbingan dari pengurus HIMATIKA ketika itu. Saat itu saya seolah menjadi orang yang paling soleh, karena mengenakan peci :P. Ini pula yang mengunndang minat lembaga dakwah kampus untuk bisa mengajak bergabung dalam jamaahnya.

Hingga suatu ketika saya pun menjadi salah satu pegiat LDK, sebut saja namanya SCMM (bukan nama samaran). Ikut-ikutan pengajian, daurah, hingga suatu hari kemudian hari saya talak karena saya dilarang belajar Logika dan Filsafat. Pernah suatu ketika saya membawa dan membaca buku karya Muhammad Baqir Sadr judulnya “FALSAFATUNA” dan Pembina organisasi tersebut yang juga senior dua tingkat di atasku merebut dari tanganku dan menyimpan, seraya berkata “janganmi Belajar Filsafat,… dan bla..bla…”, semoga Tuhan memberinya petunjuk.Pelarangan itu, semakin menguatkan tekadku mencari tempat-tempat yang bisa membuat saya merasa nyaman dan bebas balajar apa saja. Hingga pada suatu ketika, saya melihat Panflet “Kajian Paket Logika” di Masjid Kampus I UMI setiap malam selama sepekan, walau harus jalan kaki. Kesimpulanku saat itu, belajar Logika itu seksi dan menyehatkan. Dan HMI adalah salah satu tempat yang bisa memediasi hasrat belajar Logika. Hingga dikemudian hari menjelang selesai saya tertarik mengangkat topic skripsi “Aplikasi Logika dalam membuktikan keberadaan Tuhan dengan Logika”, hingga skripsi itu selesai bagian penutupnya, namun tidak bisa diujikan, karena, katanya lebih tepat di program Filsafat. Walaupun dalam pembahasannya saya menggunakan Logika Simbolik (matematika). Demi tugas dan amanah orang-orang yang bejasa melahirkan dan mendidik saya, Bank Indonesia yang memberi beasiswa dan semua orang-orang pernah bersentuhan langsung maupun tidak langsung dengan kehidupanku, yang ingin melihat saya menjadi s a r j a n a……

Semester-semester awal di fakultas MIPA ketika itu, kurang bersahabat untuk meluangkan waktu selain kuliah, kerja tugas laporan praktikum ( TPB: Tahap Pembelajaran Bersama), selama 2 semester harus mengikuti mata kuliah dan praktikum bidang exacta lainnya (Biologi, Kimia, dan Fisika). Suatu kemujuran jika membuat laporan 1-2 kali dan di ACC oleh asisten. Perburuan jadwal asistensi/ responsi dengan asisten sebagai prasyarat untuk mengikuti Praktikum adalah kesibukan tersendiri yang hampir menyita separoh lebih waktu dalam sehari untuk menyesuaikan jadwal. Melalui responsi tesebut, saya dan teman2 dapat mengetahui mahasiswa-mahasiswa berprestasi di jurusan lain. Karena asisten-asisten dikala itu adalah orang-orang yang berprestasi, bukan hanya secara akademik, tetapi juga para pembesar di Lembaga Kemahasiswaan.

Semester awal juga adalah momen yang sangat berkesan, karena ketika itu, hampir 3-4 kali dalam sepekan harus ikut berpanas-panas ria mengikuti yel-yel senior meneriakkan "Sulawesi Merdeka". Dengan kepala botak, pakai ransel, naik truk teriak-teriak sepanjang jalan, bahkan tak jarang saya melihat, beberapa senior bernegosiasi dengan sopir truk agar bersedia mengangkut kami keliling kota, mendatangi TVRI, Gedung DPRD. Menutup ruang kuliah dengan tumpukan Kursi kuliah adalah salah rutinitas sebelum mengumpulkan massa-demonstran. Sebelum berangkat beberapa orator melakukan orasi di Masjid kampus ( kampus Ulil Albab) yang ketika itu masih ada pengurus LDK LKIMB UNM yang bercokol disana. Atau setidaknya orasi / penyampaian pernyataan sikap BEM UNM, masih sering dikumandangkan ibarat adzan di pagi hari. Sehingga semarak dan heroiklah demonstrasi kala itu. Bahkan teman dari Unhas ( sebut saja namanya Fajar Juang / mhs sospol 2002) merasa takjub dan angkat jempol tehadap upaya Lembaga Kemahasiswaan (LK) UNM dalam mengorganisir demonstrasi.

Dari sekian aksi, prestasi dan inovasi beberapa senior yang sempat saya amati zaman itu. Sejenak berguman dalam hati, "sepertinya, saya tidak mampu bicara, diskusi dan berdebat dengan dosen, menulis artikel, merangkai kata-kata dan bla..bla...,bla...diskusi dengan dekan, rektor hingga pejabat, seperti yang dilakukan oleh pengurus-pengurus LK UNM ( Jurusan-Perguruan Tinggi)". Walaupun dalam hati selalu menggoda dan memotivasi bahwa saya bisa seperti mereka bahkan mungkin bisa melampauinya :-P, mengingat pengalamanmu waktu masih sekolah (ketua osis, wakil ketua Ambalan Pramuka, Waka saka bhayangkara dan eX ketua ReMas). Tidak.... tidak... saya mau kuliah sambil membantu penghidupan orang tua, sekali lagi dalam benakku terbayang lagu Iwan Fals,

“Si Budi kecil kuyup menggigil,
menahan dingin tanpa jas hujan,
disimpang jalan tugu pancoran,
tunggu pembeli jajakan koran…
……..
Cepat langkah waktu pagi menunggu
Si Budi sibuk siapkan Buku,
Tugas dari sekolah selesai setengah
Sanggupkah si budi diam di dua sisi”


Spirit mandiri, kerja keras, dan cita-cita terlukis dalam untain setiap lirik lagu tersebut. Walau hanya sebuah lagu, ternaya mampu membangkitkan hasrat keingintahuan dan etos kerja tanpa terlalu berharap hasil, sebagaimana lagu Iwan Fals yang lain “Seperti Matahari”.

Kisah Cinta yang Tak Biasa

Lelaki dan Rembulan karya almarhum Franki Sahilatua, lagu yang apik dan kira-kira bisa menjadi penyampai risalah hati. Keindahan ciptaan Tuhan yang berwujud pada makhluknya yang mungkin mewakili sisi “feminitasnya”. Saya tergolong orang yang sedikit Introvert, demikian salah satu hasil penelitian salah seorang teman yang kuliah di Psikologi. Namun juga menyimpan potensi agresifitas yang tinggi .

Kadang bersenda gurau dengan teman-teman baik di lingkup Matematika, Fakultas Mipa, dan Lintas Fakultas (PKM Kavling I Lt.2 ; Sekretariat BEM UNM yang kini jadi gedung tak bertuan). Sebagai seorang yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bisa mengecap berbagai pengalaman dari berbagai Organisasi atau lebih tepatnya media pencarian diri dan penelusuran bakat pergulatan identitas. Identitas ateis, agamis, sosialis, kapitalis, bahkan mungkin apatis. Bertinteraksi dengan orang-orang yang sok ngatur, ngebos, pemikir, pekerja, pemarah, serakah, pendiam, pembohong dan banyak lagi wajah-wajah yang melebihi wajah Billi yang hanya 24.

Diberbagai tingkatan organisasi di kampus maupun di intra kampus, yang legal maupun illegal sangat berperan dalam membentuk kepribadian. Di HIMPUNAN saya belajar tentang hal-hal yang sederhana teknis-praktis, bagaimana mengelolah kegiatan, manajemen praktis dan lain-lain. Di Fakultas, sedikit agak kompleks karena berinteraksi dengan orang-orang baru (lintas jurusan), birokrasi fakultas. Tentunya kemampuan pendekatan komunikasi perlu beradaptasi dengan dunia ini.

Nah, disini kisah-kisah itu dimulai,… mulai digosipkan homo dengan sekum (kini: dosen di FIP UNM), dan gossip dan kisah cinta backstreet, namun publik masih tetap memanganggap saya jomblo sejati :P….
Jaim, yaa… itulah kira-kira kata yang orang sering alamatkan ke saya, namun saya sendiri tidak pernah merasa jaim,.. berupaya memperlakukan semua mahkluk Tuhan adalah merupakan cita ideal. Namun, manusia tetaplah manusia, punya perasaan…. Jika bicaramu bisa berbohong, mungkin matamu tidak, jika matamu bisa kau atasi, mengkin denyut jantungmu tidak bisa menahan derasnya gemuruh, jika suatu nama atau kata terdengar oleh telingamu.

Kisah itu bermula ketika..... bersambung

04/09/2012

Kang Jalal - Tempo tentang Syiah di Indonesia


Kang Jalal - Tempo tentang Syiah di Indonesia





WAWANCARA EDISI KHUSUS TEMPO.CO dengan Kang Jalal(disadur dari TEMPO.CO dalam 6 sesi, di republished by alamyin @ www.alamyin.com)


TEMPO.CO, Jakarta - Perseteruan antara penganut Sunni dan Syiah bukanlah hal baru. Konflik ini telah berjalan ribuan tahun. Lokasi bentrokan tak cuma di Indonesia saja, melainkan pada banyak negara. Karena itu, cendekiawan Jalaluddin Rakhmat menyatakan konflik Sunni-Syiah bukan problem lokal atau nasional, melainkan permasalahan internasional. Ketika Tempo berkunjung ke kediamannya, Kamis, 29 Agustus 2012, lelaki yang biasa disapa Kang Jalal ini bercerita soal Syiah di Indonesia. Mulai dari proses penyebaran, konflik, cara beribadah, hingga ancaman yang kerap diterima pengikut Syiah. Dan inilah hasil perbincangan wartawan Tempo: Choirul Aminuddin, Erwin Zachri, Cornila Desyana, dan Praga Utama dengan Ketua Dewan Syuro ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia itu.

Senin, 03 September 2012 | 05:02 WIB
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 1)
Kapan kali pertama Syiah masuk Indonesia?Tak ada yang tahu pasti karena tidak pernah ada sejarah yang mencatatnya. Tapi saya duga, Islam yang pertama kali masuk ke Aceh sekitar abad ke-8 atau waktu Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, orang Hadramaut dari Arab masuk ke Aceh untuk berdakwah. Tapi mereka tak menunjukkan dirinya Syiah. Melainkan ber-taqiyah (berpura-pura) menjadi pengikut mahzhab Syafi''i. Karena itu, secara kultur Nahdlatul Ulama adalah Syiah. Tapi tak pernah ada sejarah yang merekam jejak mereka. Jadi, dianggapnya tak ada Syiah di kala itu. (Baca juga: Penyebaran Syiah di Aceh )

Kenapa mereka berpura-pura menganut Mahzab Syafi''i? Mereka tetap orang Syiah. Tapi di luarnya mempraktikkan mahzab Syafi''i. Tujuannya untuk melindungi diri dari serangan.

Apa yang membuat Anda yakin Syiah sudah masuk Indonesia kala itu?

Anda bisa lihat dari beberapa tradisi di Indonesia. Tabot, misalnya. Tradisi itu kerap dilakukan masyarakat Bengkulu pada 1 hingga 10 Muharram tiap tahunnya. Tak kurang dari seribu orang mengikuti Tabot. Mereka melakukan drama kolosal yang mengenang tragedi pembantaian keluarga nabi dan tewasnya Imam Hussein di Karbala.   Awalnya, tradisi itu diperkenalkan saudagar India yang kapalnya terdampar di Bengkulu. Tapi warga tak tahu jika tabot adalah tradisi Syiah. Sampai sekarang pemerintah dan warga Bengkulu tetap menggelar tabot, meskipun mereka bukan Syiah. (Baca: Tabot, Jejak Syiah dalam Tradisi Indonesia)

Lalu kapan jejak Syiah di Indonesia mulai terbaca sejarah?

Pada penyebaran gelombang kedua, Syiah masuk sekitar 1982. Berawal dari revolusi Islam di Iran pada 1979-1980-an, yakni peristiwa perebutan kekuasaan di Iran dari pemerintahan otokrasi, Mohammad Reza Shah Pahlavi, oleh ulama tua, Ayatullah Rohullah Khomeini. (Baca juga: Syiah Berkembang di Indonesia Pasca-Evolusisi Iran) Kakek ini (Khomeini) menarik perhatian mahasiswa. Buat gerakan Islam di Indonesia yang selalu gagal dalam pertarungan politik, Imam Khomeni dianggap sebagai harapan. Ia menjadi lambang negara dunia ketiga yang melawan Amerika. Mahasiswa yang dilarang berkegiatan sosial oleh pemerintah kembali ke masjid. Mereka mengulas buku-buku revolusi Iran, mengenal Syiah, mempelajari ideologi serta filosofinya. Kemudian muncullah Syiah di kalangan pelajar yang berpusat pada masjid kampus. 

Kelompok Syiah pertama kali muncul di daerah mana?
Di Bandung. Lalu Syiah masuk ke HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan mulai tersebar ke kampus di daerah lain. Aktivis HMI menyebarkan ajaran Syiah secara sistematis, yakni melalui pelatihan kepemimpinan. (Baca juga: Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia )

Syiah di masa itu sudah menimbulkan protes dari masyarakat?

Belum. Bahkan masyarakat tak merisaukan kesibukan mahasiswa yang mempelajari Syiah. Sebab mereka tak membicarakan soal fiqih. Jadi hanya dianggap sebagai gerakan intelektual.

Lalu kapan Syiah mulai diprotes?

Pada gelombang ketiga. Waktu orang-orang sudah mengerti ideologi dan filofosi Syiah. Kemudian mereka ingin mengenal Syiah dari segi fiqih. Mereka belajar dari habib yang pernah belajar di Khum, Iran. Karena sudah masuk ke ranah fiqih, muncullah perbedaan paham. Dan timbullah benih konflik.

Apa sampai di situ saja penyebaran Syiah di Indonesia?

Tidak. Ada gelombang keempat, ketika orang Syiah mulai membentuk ikatan. Misalnya Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia, IJABI. Berdiri 1 Juli 2000, IJABI merupakan organisasi massa yang diakui keberadaannya oleh Kementerian Dalam Negeri. Tapi penyebaran kali ini tak mengutamakan fiqih, kami mengedepankan akhlak. Alasannya, fiqih sudah menimbulkan konflik. Sedangkan bagi kami, yang penting Islam bersatu dan Indonesia tenteram. Jadi IJABI lebih fokus pada kegiatan sosial.

Senin, 03 September 2012 | 05:26 WIB
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 2)

Berapa populasi umat Syiah di Indonesia?

Berdasarkan penelitian pemerintah, paling sedikit ada 500 ribu orang. Ada juga yang memberikan perkiraan tertinggi, sekitar lima juta umat. Tapi menurut saya sekitar 2,5 juta jiwa yang tersebar di banyak daerah. (Baca: Berapa Populasi Syiah di Indonesia)

Di daerah mana saja?

Kalau berdasarkan ranking jumlah pengikut, ada tiga lokasi terbesar. Pertama, Bandung, lalu Makassar, dan Jakarta. (Baca: Bandung, Kantong Syiah Terbesar di Indonesia) Kalau di Sampang, berapa orang? Sedikit. Sekitar 700 orang. Karena kecil itu, Syiah di Sampang sering diserang. Coba mereka serang Bandung…. (Baca: Bagaimana Kronologi Syiah Masuk Sampang?)

Apa perbedaan Syiah di Indonesia dengan Iran?

Tidak ada. Syiah di Iran menganut Syiah Itsna Asyariyah atau Imamah, yakni ajaran yang mengutamakan masalah kepemimpinan. Ajaran itu tercantum dalam Undang-Undang Iran. Dan kami juga Syiah Itsna Asyariyah.

Lalu bagaimana hubungan Syiah di Indonesia dengan Iran?

Kami hanya punya hubungan ideologi saja. Iran adalah negara Syiah. Tapi selain itu, mereka hampir tak pernah memberikan bantuan apa pun. Saya mendirikan sekolah di berbagai tempat, tapi orang-orang memuji Kedutaan Iran. Mereka dianggap berhasil memajukan Syiah di Indonesia. (Baca: Iran Tak Pernah Bantu Syiah Indonesia)

Apa mereka tahu keberadaan IJABI?

Ya. Bahkan, pernah ada ulama Indonesia yang mengadu ke pemerintah Iran. Mereka meminta Iran membubarkan IJABI. Alasannya, IJABI menentang ideologi Iran. Memang kami menentangnya karena ideologi kami Pancasila, seperti yang dipakai Indonesia. Lalu kata utusan Iran, hal itu bukan urusannya. Sebab, Iran tak bisa membubarkan organisasi di negara lain.

Kalau hubungan dengan pemerintah, bagaimana?

Baik. Beberapa kali Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta saya menjadi perwakilan Syiah di Indonesia yang pergi ke luar negeri. Permintaan itu datang ketika ada pertemuan menyangkut Syiah di dunia internasional dan Kementerian Agama yang mengutus saya. IJABI pun diakui secara resmi oleh Kementerian Dalam Negeri. Jadi, dalam politik, kedudukan kami sama dengan yang lain, yakni memiliki hak berserikat dan berkumpul. (Baca: Hubungan Pemerintah-Penganut Syiah Indonesia Baik )


Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 3)

Bagaimana umat Syiah menjalankan ibadah?

Tak beda dengan penganut aliran lainnya. Kami salat di masjid biasa, yang notabene milik ahlul sunnah.

Kenapa tak di masjid Syiah?

Karena tidak ada masjid Syiah di Indonesia. Bukan tak memiliki dana, tapi kami tidak mau menimbulkan provokasi. Kalau mendirikan masjid, nanti malah dibakar. We used things and we love people. Bukan kami tidak cinta masjid. Tapi masjid itu benda, kami lebih cinta manusia. Cinta damai. (Baca lengkap di: Soal Ibadah, Umat Syiah di Indonesia Tak Tertutup)

Apa karena alasan itu juga penganut Syiah bersembunyi?

Ya. Kalau mengaku, kami akan diusir. Karena itu kami mempraktikkan taqiyah (bertindak layaknya pemeluk Islam yang berbeda aliran). Tujuannya, menyembunyikan identitas ke-Syiah-an demi persatuan. Jadi biarlah kami menyesuaikan cara beribadah kalian (Sunni), tak apa kami menjadi makmum, tidak disebut Syiah juga tak masalah, asal Islam rukun. Kami dahulukan akhlak ketimbang fikih.

Apakah tak masalah bagi Syiah menjalankan ibadah di masjid Sunni?

Tidak. Bahkan banyak ulama Syiah yang memberikan ceramah atau mengajarkan bahasa Arab di masjid Sunni, tanpa diketahui identitas ke-Syiah-annya. Tujuannya untuk berkegiatan sosial. Dan karena tidak terbuka, yang mengetahui seseorang Syiah adalah umat Syiah lainnya. Di luar itu, tidak.

Kenapa masyarakat benci Syiah?

Saya yakin mereka tidak benci. Tapi karena terpengaruh ulama mereka. Apalagi masyarakat tradisional, seperti Sampang. Dibanding pusing memikirkan hadis, fikih, atau tafsir Al-Quran, sebaiknya semua urusan agama mereka serahkan pada ulama. Mereka sendiri memilih bekerja. Jadi, bila ulamanya bilang A, mereka bakal ikut A. Beda dengan masyarakat kota.

Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 4)

Sejak kapan konflik terhadap Syiah muncul?

Waktu pengikut Syiah mulai tertarik fikih. Konflik pertama terjadi pada 2000 lalu di Batang, Jawa Tengah. Waktu itu pesantren milik Ustad Ahmad B diserbu massa usai salat Jumat. Tapi itu hanya percikan kecil. Pelaku ditangkap polisi, dan sampai sekarang umat Syiah dan Sunni hidup rukun di sana. Setelah itu, ada juga perseteruan di Bangil, Bondowoso, atau Pasuruan, tapi skalanya kecil. Karena polisi bertindak tegas, konflik langsung menurun. Sampai sekarang tak terjadi lagi.

Konflik di Sampang, sudah sejak kapan?

2004 lalu. Kemudian di 2006 dan Desember 2011.

Kenapa Syiah di Sampang sering menjadi sasaran serangan?

Pertama, karena jumlah mereka sedikit, 700 orang. Kedua, penganut Syiah di sana kondisinya lemah, terutama dari segi ekonomi. Sedangkan si penyerang mendapat kucuran dana dari luar desa untuk menyerang. Ketiga, sikap pemerintah yang terkesan mendorong penyerangan itu. Buktinya, tiga kali penyerangan, polisi tak langsung menangkap si pelaku. Malah Ustad Tajul Muluk, yang diserang, mereka tangkap. (Baca Polri Bantah Lambat Tangani Kasus Sampang)

Apa dampak fatwa Syiah sesat dari Majelis Ulama Indonesia di Jawa Timur?

Fatwa itu juga memperkeruh suasana. Karena di Madura, pendapat kiai itu sangat didengar. Preman saja patuh pada kiai. Apalagi Menteri Agama sempat satu suara akan fatwa itu. Maka halallah darah umat Syiah. Orang sesat harus disingkirkan, begitu pikir mereka. Jadi ucapan Menteri itu sangat berpengaruh pada penegakan hukum di Sampang.

Apa benar konflik di Sampang dipicu masalah keluarga antara Ustad Tajul Malik dengan adiknya, Roisul Hukama?

Semuanya bilang begitu. Tapi sesungguhnya, konflik berdasarkan agama itu sudah ada sejak lama. Jadi bukan masalah agama yang mengatasnamakan keluarga, melainkan perseteruan aliran pada agama yang memperalat problem keluarga. (Baca lengkap di: Karena Fikih, Konflik Syiah Mulai di Indonesia)

Senin, 03 September 2012 | 16:01 WIB
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 5)

Anda katakan konflik Sampang bukan masalah keluarga. Lalu karena apa?

Begini. Roisul Hukama atau Rois itu dulunya penganut Syiah. Bahkan dia dan kakaknya, Tajul Muluk, saya lantik menjadi pengurus Ikatan Jemaah Ahlul Bait Indonesia di Sampang. Tapi kemudian muncul masalah keluarga. Rois bergabung dengan penyerang dan mengatakan ia tobat dari Syiah. Pertobatan Rois itu membuat senang orang-orang yang dari dulu antipati terhadap Syiah. Jadi konflik agama itu sudah ada terlebih dulu, baru problem keluarga.

Masalah apa yang membuat Rois pergi dari keluarga dan Syiah?

Rois memang doyan perempuan. Dia sering gonti-ganti istri. Satu perempuan yang ia taksir itu santrinya Ustad Tajul Muluk. Masalahnya, umur si gadis masih di bawah 17 tahun. Jadi Tajul Muluk menolak permintaan Rois untuk menikahi anak itu. Lalu Tajul memulangkan si santri ke orangtuanya. Tapi, oleh mereka, anak itu malah dinikahkan dengan Rois. Mereka menikah di bawah tangan. Dan Tajul marah karenanya.

Apakah Tajul menyukai santri itu?

Tidak. Dia hanya kasihan dengan santrinya yang masih kecil. Jadi Tajul melindunginya. Karena itu Rois marah. Dan muncullah konflik itu.

Menurut versi lain, sekitar 2006, seorang santri ustad Tajul Muluk bernama Halimah diminta adik Tajul, Ustad Rois, untuk dijadikan pembantu di rumahnya. Waktu itu usia Halimah baru 8 tahun. Suatu saat ada teman ustad Tajul yang tertarik pada santri itu. Teman ustad Tajul memohon kepada Tajul agar melamarkan Halimah untuknya. Tajul pun setuju dan lamaran pun diterima. Beberapa bulan setelah lamaran, orang tua Halimah mendatangi Ustad Rois untuk meminta Halimah dibawa pulang karena mau dikawinkan. Mendengar itu, Rois marah dan melabrak Tajul. Rupanya Rois juga suka pada Halimah. Sejak itulah, hubungan Rois dan Tajul tidak baik. Rois pun keluar dari Syiah dan kembali ke Sunni. Ditemui wartawan Tempo Musthofa Bisri di pengungsian, 31 Agustus 2012, Halimah meminta agar masa lalunya dan suaminya tidak dibawa-bawa dan dijadikan sebagai penyebab kerusuhan. "Jangan kambing hitamkan keluarga saya," katanya lalu pergi.)

Jadi menurut Anda, ada yang mengatur konflik di Sampang?

Ya. Saya kira memang ada grand design dalam konflik Sampang. Kalau dilihat sekarang, yang menguasai desa itu sekarang bukanlah polisi, tapi warga. Bahkan polisi tak berkutik di hadapan penyerang. Bila ada petugas yang membawa ponsel berkamera, warga bakal menyitanya. Hebat ya, masyarakat punya kekuatan semacam itu. Kemudian dari transportasi yang digunakan penyerang. Mereka menyewa bus lebih dari 10 buah. Kabar dari sana, tiap bus disewa sekitar Rp 500 ribu. Mereka tak datang dengan gratis. Tapi uang dari mana, untuk makan saja mereka kesulitan. Jelas sudah para penyerang mendapat bantuan finansial dari luar. Itu fakta.

Jadi menurut Anda ada yang membiayai penyerangan itu?

Ya. Informasi yang saya terima, ada dua supplier uang di Sampang. Satu pengusaha Madura yang tinggal di Jakarta dan satu lagi orang Arab di Surabaya. Lagi pula, membakar masjid itu bukan tradisi orang Madura. Bagi mereka, merusak masjid bisa menimbulkan perasaan kualat. Dan inilah pertama kali ada masjid atau pesantren yang dibakar di Madura.

Untuk apa mereka mengeluarkan duit itu?

Saya duga ada yang mau mengeliminasi Syiah dari Indonesia. Saya tidak dapat menyebut siapa orangnya, karena bisa jadi serangan itu merupakan satu gerakan terencana. Penggeraknya banyak, gerakan ilegal, jadi tak bakal ketahuan siapa otaknya.

Jalaludin Rakhmat. TEMPO/Praga Utama
Senin, 03 September 2012 | 16:37 WIB
Kisah Kang Jalal Soal Syiah Indonesia (Bagian 6)

Anda katakan, ada yang mengatur penyerangan di Sampang. Apakah itu gerakan baru?

Tidak. Gerakan ini sudah melalui proses yang panjang dan melewati beberapa tahap. Sebelum mereka serang Syiah, diserang dulu Ahmadiyah. Ternyata berhasil.

Tapi kenapa mereka mau singkirkan Syiah? Apa keuntungannya?

Banyak. Dari segi lokal, ada satu tokoh agama di Jawa Timur yang mengatakan ini sebetulnya bukan soal pendapat, tetapi soal pendapatan. Ada yang mendapatkan dana sekian atau mobil, ada lagi yang tidak mendapat. Jadi menimbulkan konflik. Lalu ada juga yang mengatakan kalau Ustad Tajul Muluk sering memberikan pengajian tanpa pernah menerima amplop. Padahal tradisi di Madura, para ustad menerima amplop usai pengajian. Maka analisis saya, sebagian ustad menganggap sikapnya Tajul itu merusak pasar. Itu kesimpulan saya. Tajul juga membangun rumah perawatan untuk orang sakit. Dan bila ada bencana dia memberikan bala bantuan. Hasilnya, orang-orang menyukai dia. Jemaah Tajul jadi semakin banyak. Dan bagi ustad di daerah, kehilangan satu jemaah itu merupakan masalah. Apalagi kalau banyak jemaahnya yang pindah pengajian. Perkara besar itu. Itu dari segi lokal.

Kalau tingkat nasionalnya?

Mereka mau membuat Indonesia tidak aman. Membuat pemerintah yang sekarang tak bisa tidur.

Apa konflik Syiah di Sampang bisa dikategorikan terbesar?

Ya. Untuk di Indonesia. Dan sekarang kondisinya sudah di luar kendali Rois (adik sekaligus tersangka kasus penyerangan kelompok Syiah Sampang). Sebab konfliknya sudah sebesar ini. Dan menurut saya, Rois juga harus dihukum. Dialah yang menyerang.


http://www.tempo.co/read/news/2012/09/03/173427062/Cerita-Jalaluddin-Rakhmat-Soal-Syiah-Indonesia-Bagian-I

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/03/173427066/Kisah-Kang-Jalal-Soal-Syiah-di-IndonesiaBagian-2

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/03/173427149/Kisah-Kang-Jalal-Soal-Syiah-Indonesia-Bagian-3

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/03/173427162/Kisah-Kang-Jalal-Soal-Syiah-Indonesia-Bagian-4

http://www.tempo.co/read/news/2012/09/03/173427194/Kisah-Kang-Jalal-Soal-Syiah-Indonesia-Bagian-5
http://www.tempo.co/read/news/2012/09/03/173427207/Kisah-Kang-Jalal-Soal-Syiah-Indonesia-Bagian-6


Wassalam:
Panjang Umur Pecinta Ahlul Bait (AY)
Download : https://www.dropbox.com/s/dtsbdzdq6qtfgoi/KISAH%20KANG%20JALAL%20TENTANG%20SYIAH.docx