Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

09/05/2012

CONTOH (Kerangka) PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI (2)

CONTOH (Kerangka) PROPOSAL PENELITIAN EKONOMI (2). Kita ketahui bersama bahwa proposal yang baik adalah separuh dari keberhasilan penelitian. Postingan sebelumnya "Proposal Penelitian Ekonomi (1)", Seperti yang diutarakan pada Tulisan tersebut tentang cara membuat Pendahuluan yang baik. Kenapa ini penting, Karena dalam banyak kasus, terjadi kesalahan dalam menguraikan pentingnya penelitian yang harusnya terungkap dengan jelas dalam pendahuluan oleh karena itu akan diuraikan satu persatu cara membuat pendahuluan yang memadai.
Kemukakan faktor-faktor yg mengantar pada pemilihan judul:
  • Latar Belakang Penelitian
1.  Kondisi umum atau perspektif makro penelitian
2.  Jelaskan pentingnya penelitian
3.  Kemukakan jika penelitian:
-- Penelitian relatif baru, merupakan sanggahan atau pengembangan dari penelitian sebelumnya.
-- Mulai dengan pernyataan yg provokatif, kontroversial sehingga ada ketertarikan untuk membaca.
--  Sajikan secara menarik tentang kronologis judul yang dapat berupa evaluasi judul hingga statusnya sekarang.
-- Tampilkan data sekunder tentang profil obyek penelitian,  yang dapat diperoleh dari buku2, jurnal, majalah, lapooran penelitian,  dll.
Akhiri dengan pernyataan : Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka peneliti memilih judul penelitian: ....……………………….

Latar belakang dapat diilustrasikan seperti gambar berikut:


  • Masalah Penelitian
  Identifikasi, pilih dan rumuskan masalah-masalah penelitian.
 - Apakah terdapat hubungan yang erat antara ... dengan…..?
 - Bagaimana pengaruh ……….terhadap …………...?
  • Tujuan Penelitian
  Kemukakan yang akan dicapai oleh penelitian: Untuk mengetahui, menganalisis atau membandingkan.
-- Untuk mengetahui pengaruh … terhadap …
-- Untuk mengetahui hubungan antara ……dengan …..…
-- Untuk menganalisis …..…….

  • Manfaat penelitian
Kemukakan siapa yg diharapkan memperoleh manfaat penelitian: Pengembangan ilmu pengetahun, Lemabaga, dan atau penelitian lain.
-- Penelitian ini diharapkan memberi manfaat dalam………
-- Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam...
Jadi penelitian kita hanya salah satu bahan, kadang kita sedikit angkuh mengatakan sebagai referensi. :).

Ad.3 : TINJAUAN PUSTAKA
Cakupan:  Penelitian terdahulu,  Landasan teoritis,  Kerangka teoretis (pikir),  Hipotesis penelitian.
-- Kemukakan hasil penelitian2 sebelumnya utk mengakrabkan peneliti dg informasi, data, model/peralatan analisis yang mungkin terkait dengan masalah yang sedang diteliti.
-- Kemukakan dan sintesakan teori-teori yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti.
--Buat dan tuliskan kerangka fikir dari sintesis teori-teori yang relevan, hubungkan variabel-variabel yang terkait .
-- Buat bagan keterkaitan variabel-variabel yang mungkin berhubungan atau mempengaruhi variabel penelitian yang sedang dilakukan.
-- Dari kerangka fikir, turunkan hipotesis penelitian yang merupakan jawaban teoritis sementara atas masalah-masalah  penelitian yang telah dikemukakan yang masih harus dibuktikan  validitasnya. 
-- Jumlah hipotesis seyogyanya berkorespondensi dengan jumlah masalah penelitian.
(ini juga kadang menjadi masalah umum, dimana masalah penelitian tidak sama jumlahnya dengan hipotesis).

Ad 4.  METODE PENELITIAN
Cakupan:  Lokasi Penelitian,  Populasi dan sampel,  Jenis data (Primer atau sekunder),  Model Analisis,  Definisi operasional konsep/variabel.

Ad 5.  DAFTAR PUSTAKA
Memuat daftar semua bacaan yang terkait dg penelitian. Alfabetis, atau  nomor, atau lainnya.


07/05/2012

Biaya Eksternalitas dan Abu Nawas


Biaya Eksternalitas dan Abu Nawas. Seorang pria miskin, sebut saja namanya Abu Nawas. Ia bertetangga dengan keluarga kaya raya dan kurus. pada suatu hari, Abu Nawas ngerumpi di warung kopi bersama teman-temannya. Melihat perawakan Abu Nawas yang semakin tambun  (gemuk) mengundang tanya koleganya. Hai, Abu, apa rahasia kamu sehingga kamu semakin gemuk ? tanya teman Abu Nawas. Tidak ada rahasia untuk kelian semua. Kontribusi tetangga saya yang kaya raya yang menjadikan saya seperti ini, setiap hari membuat masakan yang sedap dan aromanya senantiasa meliputi ruangan dirumah saya, sehingga walaupun masakan saya sederhana dan tidak beraroma sedap namun aroma masakan tetangga cukup menambah selera makan. Sehingga saya pun bisa makan seperti yang dinikmati tetangga saya.

Berita ini pun menyebar ke seluruh kota hingga ke rumah tetangga Abu Nawas yang kaya raya. Abu Nawas pun di tuntut ganti rugi oleh orang kaya tersebut, ia harus membayar atas aroma yang telah dia nikmati. Dalam persidangan Abu Nawas tidak melakukan pembelaan dan siap mengganti (mengkompensasi) aroma yang telah dia nikmati. Tapi sebelum hakim, penuntut dan hadirin persidangan meninggalkan ruangan sidang. Abu Nawas mengeluarkan beberapa uang koin dari kantongnya dan meminta agar orang kaya tersebut mendengarkan gemerincing uang koinnya dengan seksama dan khusyu sebagai kompensasi atas aroma masakannya. :)

Cerita Abu Nawas di atas, adalah contoh paling sederhana konsep eksternalitas. dalam ekonomi, eksternalitas  terjadi bila aktivitas seorang pelaku ekonomi mempengaruhi aktivitas pelaku ekonomi yang lain, namun pengaruhnya tidak terefleksikan pada transaksi di pasar. Misalnya, Pabrik bahan kimia mengeluarkan bahan beracun, Kebisingan lalu lintas pesawat di bandara, Limbah industri yang mengotori sungai dan perikanan disekitarnya. Eksternalitas bisa positif, kadang pula negatif. Ia positif jika saling menguntungkan, misalnya petani Apel berdekatan dengan Peternak lebah. Sedangkan Eksternalitas negatif, dapat dicontohkan dengan industri baja dengan petani tambak. Berkaitan dengan eksternalitas kedua, maka peran pemerintah sebagai mediator yang baik jujur dan adil sangat diperlukan. Dalam banyak kasus peran pemerintah dalam penyelsaian kasus eksternalitas negatif kurang mampu menjadi mediator yang elegan, alih-alih memberikan solusi justru malah memperparah keadaan. Contoh yang paling dekat adalah kasus lumpur Lapindo. Belum lagi kalau eksternalitas berkaitan dengan barang publik, maka kondisi semakin kompleks.

Namun, bagaimana dengan kasus Abu Nawas di atas, silahkan nilai sendiri. Tulisan sederhana ini juga mencoba menyentil salah satu buku yang yang dalam bagian tertentu membahas tentang eksternalitas. Dalam buku Radikal Itu Menjual, Karya Joseph Heat dan Andrew Potter meruntuhkan mitos tentang radikalitas gaya hidup (terjemahan dari Rebell Sell).

Mereka memberi argumen bahwa “budaya-tanding” atau hasrat melawan arus, berbeda, untuk menjalani hidup alternatif, justru merupakan kekuatan utama pendorong kapitalisme dan konsumerisme kontemporer. Ide bahwa pemberontakan gaya hidup individual akan bisa mengguncang “sistem” justru telah semakin memapankan masyarakat konsumen yang hendak ditentangnya sendiri itu. Lebih parah lagi, ide-ide budaya-tanding juga telah mempengaruhi politik progresif dan memelencengkannya dari cita-cita awal memperjuangkan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat.

Dicontohkan bahwa kampanye aktivis penentang Industri minyak, pertambangan dan semcamnya sia-sia, tidak efektif dan hanya buang-buang waktu. Menurut mereka, akan lebih baik juga para pencemar lingkungan membayar "BIAYA POLUSI". Biaya polusi sudah diterapkan oleh beberapa negara, bahkan penghitungan polusi emisi karbon sudah ada ketentuan angka-angkanya, dan rumus untuk menghitung biaya eksternalitas negatif (biaya polusi). Salah satunya yang ditawarkan oleh ekonom, diantaranya adalah Inovasi  penting terkait Pigouvian taxation adalah gagasan tentang “pollution rights”. Misalkan perusahaan x dapat membeli hak polusi kepada perusahaan y. Pilihan x untuk  membeli hak tersebut identik dengan pilihan jumlah output yang akan diproduksi. Lagi..lagi.. peran pemerintah melalui AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) diharapkan berperan dengan baik. Dan diperlukan keberpihakan pada publik, jika ia bersentuhan dengan barang Publik. Jika tidak, maka apa gunanya kita bernegara jika pemerintah tidak bisa melindungi warganya ? apa gunanya konstitusi jika tidak dipatuhi ?.


(Inspirasi Abu Nawas dari Pak Agus, Biaya polusi dari prof. Rahmatia, Dosen Ekonomi Unhas Mks)  
Sumber Gambar: 
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhwLL0X9FSQbj6qjy3P86poCBTKk_wtMA3frk6OnUNwHFoCJbGER7UAPWCJwPuCvbYQmsdxw3C70aWT8_2kZDChPHQXvodDc1WXttnnjt42NbRxk_4OmQ4Q7ZCG5ySfEVOIxJrfydCc4N0/s1600/Abu_Nuwas.jpg

06/05/2012

Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi

Human Capital dan Pertumbuhan Ekonomi. Enam puluh tujuh tahun Indonesia telah merdeka, namun kemajuannya tidak seperti negara-negara yang baru merdeka seperti Malaysia, bahkan dahulu warga Malaysia banyak belajar di Indonesia, Namun sekarang Indonesia harus mengimpor tenaga ahli dari Malaysia. Mengapa Malaysia bisa lebih maju daripada Indonesia. Dahulu Indonesia mengekspor tenaga pengajar (ahli) ke Malaysia sekarang kebalikannya, bahkan dimata Bangsa Malaysia orang-orang Indonesia digelari "Indon" atau "bangsa babu" :(. Kita pun bertanya-tanya, Kenapa ??  Adakah yang salah  dengan strategi pembangunan Indonesia ?.
Source : http://www.hcdexperts.com/images/human-capital-chart
Banyak kalangan, khususnya ekonom menilai ada kesalahan dalam pembangunan ekonomi Indonesia. Sejak awal kelompok Mafia Berkeley memegang kendali yang dominan dalam penentuan strategi pembangunan ekonomi bangsa. Kita sama-sama ketahui "Strategi memperbesar Kue Nasional" atau meningkatkan Produk Domestik Bruto. Dengan kata lain, fokus pada pengembangan ekonomi makro. Namun bangsa kita lalai dalam pembenahan skala mikro, skala Human Capital (Sumber daya manusia). Dan kini, fenomena tersebut berulang. Pertumbuhan ekonomi tumbuh setiap tahun, namun tingkat kemiskinan juga merangkak ke atas. 

Dengan peningkatan PDB dari tahun ke tahun, dan sumber daya alam yang melimpah, Indonesiapun dimasukkan dalam lingkaran G20. Bergaul dan berinteraksi intens dengan negara-negara maju. Namun belum juga maju apalagi mendekati mandiri. Sangat kontra dengan Iran. Walaupun di Embargo oleh negara-negara maju tetap dapat menunjukkan eksistensi dan kemandiriannya di pentas global.
Pembangunan  ekonomi Indonesia bertujuan untuk meningkatkan  pertumbuhan ekonomi, pemerataan  dan stabilitas. Indikator pertumbuhan ekonomi penting diketahui dalam  melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi suatu negara, karena dapat  memberikan gambaran secara makro atas kebijakan pemerintah yang telah  dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi menunjukkan seberapa besar aktivitas perekonomian  mampu menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu kurun waktu tertentu, karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor  produksi oleh berbagai sektor ekonomi untuk menghasilkan output.  Agar pertumbuhan ekonomi meningkat dan dapat dipertahankan dalam jangka  panjang maka perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Secara umum pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor ekonomi seperti sumber daya alam, sumber daya manusia, modal, teknologi dan lainlain, serta faktor non ekonomi seperti lembaga sosial, keadaan politik dan nilai-nilai kultural suatu bangsa yang  mendukung berlangsungnya proses pertumbuhan  ekonomi yang umumnya dilihat melalui total Produk Domestik Bruto (PDB).

Kotler (1997) menyatakan bahwa perekonomian suatu bangsa dipengaruhi oleh potensi ekonomis yang dimiliki negara mencakup sumber daya alam, jumlah penduduk, human capital, modal fisik, teknologi dan infrastruktur. Kekurangan kekurangannya dapat dipenuhi dengan impor yang dapat dibayar dengan ekspor produk-produk lain atau pinjaman luar negeri.

Human Capital (HC) berkontribusi langsung pada penciptaan kekayaan nasional. Semakin tinggi rata-rata tingkat keterampilan dan  pengetahuan, semakin mudah bagi individu dalam usia kerja untuk memahami, menerapkan dan mendapatkan hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akhirnya meningkatkan standar hidup bangsa.  Studi yang dilakukan Dale Jorgenson et al. (1987) pada ekonomi Amerika Serikat dengan rentang waktu 1948-1979 menunjukkan bahwa 46 persen pertumbuhan ekonomi disebabkan pembentukan modal (capital formation), 31 persen disebabkan pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia serta 24 persen disebabkan kemajuan teknologi.

Tjiptoherijanto (1994) menyatakan modal dasar yang digunakan ekonom untuk menjelaskan PDB atau Gross Domestik Product (GDP) dalam bentuk fungsi produksi di mana output GDP merupakan fungsi dari dua input utama yaitu tenaga kerja dan modal. Penelitian di Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa perubahan GNP bukan semata-mata oleh adanya perkembangan tenaga kerja dan modal, akan tetapi dari faktor residual, yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia dari faktor produksi. Dimana peningkatan tersbut dapat dicapai dengan riset dan pengambangan.

Jika  dilihat dari besarnya investasi di  bidang  riset dan pengembangan, kondisi Indonesia tidak lebih baik  dibanding China dan Singapura. Anggaran untuk riset dan pengembangan Indonesia jauh lebih kecil.  Demikian juga dari besarnya investasi pendidikan yang dilakukan di luar negeri.  Singapura, yang berpenduduk tidak sampai setengah penduduk Jakarta, mengirim mahasiswa ke AS hampir setengah jumlah mahasiswa Indonesia di AS. 

Kualitas faktor produksi sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kesehatan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan kesehatan merupakan dua hal penting untuk meningkatkan stok human capital selain pengembangan teknologi dan penelitian. Sumber kemajuan ekonomi berasal dari peningkatan produktivitas manusia (lebih sehat, terampil, terdidik, bermotivasi bekerja), mesin baru yang lebih produktif,  organisasi produksi (penemuan, keringanan pajak, subsidi BBM dan listrik) dan  efisiensi kerja (kesehatan buruh, kursus-kursus atau training dan sistem pendidikan  yang lebih baik). 

Fergus (1995) menyatakan bahwa konsep pengembangan sumber daya manusia menurut pemikiran klasik didasarkan pada hubungan kesetaraan  antara manusia dalam hal ini tenaga kerja dengan sejumlah faktor produksi lain seperti tanah, material dan mesin-mesin. Pengeluaran pemerintah  (government expenditure) dapat  mempengaruhi aktivitas ekonomi pada umumnya. Belanja modal dalam bidang pendidikan dan kesehatan sangat penting. Selain itu, belanja pemerintah untuk penyediaan sarana dan prasarana akan mendorong pertumbuhan ekonomi, sepanjang perekonomian belum  mencapai tingkat kesempatan kerja penuh (full employment).

Studi-studi mengenai investasi dalam HC penting dilakukan di Indonesia, mengingat jumlah Sumber Daya Manusia (SDM)  dan Sumber Daya Alam (SDA) yang besar. SDM terdiri dari tenaga kerja terampil dan terdidik serta tenaga kerja yang kurang terampil (tidak tamat SD). Dengan mengintroduksi pengalaman negara-negara yang telah mencapai kemajuan disebabkan pengembangan sumber daya manusia. 

Human capital  sebagaimana yang diinternalisasi dalam model teori neo-klasik dan teori pertumbuhan baru. Neo-klasik menekankan tenaga kerja dan modal sedangkan  teori pertumbuhan baru menekankan pada investasi dalam pengetahuan, teori ini menguji peran investasi dalam modal fisik, modal manusia dalam menentukan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. 

Poin pentingnya adalah jika negara alfa dalam pengembangan Human Capital maka inisiasi dan aksi langsung mestinya tetap dilakukan oleh siapa saja,  individu, komunitas atau masyarakat.

(nb: Background proposal Alamyin Penelitian yang telah dimodifikasi)