Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

02/04/2012

Penanaman Modal Asing, Utang, dan Krisis Finansial (1)

Washington Consensus (WC)
WC disandarkan pada :Teori Harrod-Domar, pertumbuhan ekonomi (DY/Y dapat dicapai dengan adanya keseimbangan antara dana pembangunan yang tersedia (s yang diukur oleh persentasenya terhadap produksi nasional) dengan incremental capital output ratio (icor/k) yaitu jumlah modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan satu unit output, dengan rumus : DY/Y = s/k. Dari rumus ini terlihat bahwa dengan DY/Y tertentu (misalnya 6%) dan (icor) tertentu (misalnya 5) maka s seharusnya 30%. Jalan pikir Washington Consensus terkait disini dalam hal 30% ini tidak cukup terpenuhi oleh dana dalam negeri sehingga kekurangannya akan ditambah oleh dana luar negeri (atas dasar : s = Sdn (dana dalam negeri) + Sln (dana luar negeri) .
Teori Solow masuk di jalan pemikiran Washington Consensus karena Solow mengatakan dana (modal) swasta di negara- negara yang sudah maju akan mengalir ke negara-negara yang masih berkembang (menjadi Sln dari sektor swasta, biasanya dalam bentuk FDI/Penanaman Modal Langsung Asing), karena rentabilitas modal di negara- negara berkembang yang lebih tinggi, mengingat rasio modal/tenaga kerja (k/l) yang lebih rendah di negara-negara berkembang. Agar hal itu terjadi, maka Solow mempersyaratkan adanya liberalisasi perekonomian di negara-negara berkembang.

Washington Consensus mulanya adalah paket kebijakan, berupa kesepakatan antara politisi Kongres, badan pemerintah, dan bank sentral AS, serta lembaga keuangan internasional mengenai cara pemulihan ekonomi di negara- negara berkembang. selanjutnya dianjurkan oleh IMF dan World Bank kepada negara- negara berkembang.
John Williamson (1990) merumuskan Washington Consensus ke dalam 10 butir yaitu: Disiplin kebijakan fiskal, Pengalihan belanja subsidi, kecuali subsidi langsung, pada belanja pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, Reformasi pajak memperluas basis pajak dan penurunan tingkat pajak, Suku bunga yang ditentukan pasar dan positif secara riil, Nilai tukar kompetitif, Liberalisasi perdagangan, terutama penghapusan lisensi dan penerapan tarif tunggal, Liberalisasi FDI.
Privatisasi BUMN, Deregulasi (penghapusan regulasi yang menghambat persaingan, kecuali untuk menjaga keamanan, lingkungan, perlindungan konsumen, dan pengawasan lembaga keuangan, dan Perlindungan hak milik.

Foreign Equity Capital Flows
Portofolio Investment
F D I (Foreign Direct Investmen)
MNC dan atau TNC ?
PBB menggunakan istilah "Transnational Corporation" (TNC) sebagai alternatif MNC.
Paul Hirts dan Graham Thompson (1996) dalam "Globalization in Question" membedakannya dengan tegas. MNC mengacu pada perusahaan transnasional yang masih berbasis di home country tertentu. Sedangkan TNC mengacu pada perusahaan transnasional yang tanpa berbasis di negara tertentu. tanpa batas, tanpa spirit nasionalisme. Kenichi Ohmae dalam "the Next Global Stage"menyebutnya ILE-Interlink Economy.
Namun yang pasti baik MNC/TNC masing-masing berskala lintas negara. Paul Hirts dan Graham Thomspon hanya membedakan pada persoalan nilai nasionalisme firm.

Abrevations
HPIC : The Highly Indebted Poor Country
OECD : Organization for Economic Co-operation and Development
UNCTAD : The United Nation Conference on Trade and Development
LDC : Least Develoved Countries
MNC : Multinational Corporation
TNC : Transnational Corporation
EMe : Emerging Market

1 INVESTASI ASING & MNC
Pada dekade 90-an Investasi asing dikuasai oleh Tritunggal G3 (AS, UE dan Jepang).
2 jenis arus modal asing:
Investasi Portofolio ; investor berinvestasi di firm NSB tetapi tidak terlibat dalam dalam manajemennya.Perpindahan modalnya hanya terjadi di pasar saham sehingga multiplier effectnya tudak luas.
FDI adalah jenis investasi dimana investor terlibat langsung / berpartisipasi pada perusahaan di NSB. FDI lebih bersifat jangka panjang.
Sebuah perusahaan disebut MNC jika telah melakukan FDI.

Judul Makalah : PRIVATE FOREIGN CAPITAL, DEBT, EMERGING MARKET FINANCIAL CRISES (bersambung Bagian 1 dari tulisan)