06/12/2023
Kapitalisme yang Tertuduh?
Syamsu Alam *)
Saat Pandemi ada yang meramalkan Pandemi Meruntuhkan Kapitalisme? Akhir-akhir ini, dimasa pandemi, banyak orang panik. Jika panik, tindakan biasanya tidak terukur dan cenderung irasional. Penolakan penguburan mayat (diduga Covidnya bisa menyebar) oleh warga. Opini bahwa, kita tidak akan tertular Korona karena kita suci dengan berwudhu, karena kita makan nasi kucing, dan sejumlah opini lucu tapi tak menghibur. Masifnya anggaran yang dialokasikan Pemerintah untuk mengatasi krisis Covid-19, yakni Rp 803,59 triliun.
Program jaring pengaman sosial untuk masyarakat miskin dan rentan miskin di kota dan desa dianggarkan senilai total Rp482,5 triliun. Jumlah ini terdiri dari Rp 372,5 triliun yang telah dialokasikan dalam APBN 2020 dan Rp 110 triliun anggaran hasil realokasi program lain. Pemerintah juga merencanakan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan anggaran Rp 318,09 triliun. Dari dana itu, sekitar Rp 152,1 triliun akan disuntikkan ke badan usaha milik negara (BUMN) melalui penyertaan modal negara. Webinar atau web seminar bisa menjadi berkah atau petaka.
Seminar yang dilakukan oleh melalui situs web atau aplikasi berbasis internet. Berkah bagi provider dan penyedia layanan, petaka bagi yang papa kuota. Ia menjadi media alternatif yang tiba-tiba massif, hingga pendiri aplikasinya tertentu dikabarkan menjadi kaya raya karena pandemi Korona.
Dua Sisi
Setiap hal selalu membawa dua sisi. Untung atau buntung. Maraknya publikasi dari para pegiat kajian sosialisme dan marxisme yang mengatakan bahwa Kapitalisme akan runtuh karena Pandemi Korona. Zlavoj Zizek salah satunya yang paling lincah dan pede mempublikasi gagasannya dalam Panic Pandemi. Beliau secara mengemukakan bahwa kehidupan pasca Korona adalah Komunisme atau barbarisme.
Pengikut sayap kiri dalam dan luar negeri pun seolah bangkit menyokong ide keruntuhan kapitalisme karena Pandemi. Mereka memberi mahkota pada komunisme atau memberi karpet merah pada sosialisme. Benarkah Kapitalisme bisa runtuh semudah itu? Atau jangan-jangan Kapitalisme memang belum pernah tegak?
Kapitalisme sebagaimana komunisme paling banyak diartikan secara serampangan. Kapitalisme yang bertumpu di atas pondasi Individualisme, semangat kompetisi, dan kebebasan. Atau ia adalah ideologi yang konsen terwujudnya Laissez Faire yang origin. Jadi jika kita masih menemukan Bank Sentral yang jumawa mengatur pasar uang atau peredaran uang dan tidak transparan. Negara masih monopoli usaha dengan peraturan yang tidak adil dan kompetitif dalam dunia usaha, karena memberikan hak istimewa pada BUMN (state own enterprises), is not capitalism.
Apalagi sampai melabeli suatu negara sebbagai Negara Kapitalis. Ini seperti berhasrat menyatukan air dan minyak. Kapitalisme menghendaki peran negara seminimal mungkin, seperti pada bidang barang publik, eksternalitas, termasuk peran dalam mengatasi Pandemi Korona. Lalu, apakah karena peran negara yang dominan dalam menangani Pandemi. Menurunnya produksi karena pabrik yang tidak beroperasi, dengan mudah diklaim sebagi runtuhnya Kapitalisme. Lagian, kapankah Kapitalisme pernah tegak?
Tuduhan resesi 1930-an, krisis 2008 akan dialamatkan pada kegagalan Kapitalisme sebagai mazhab pro pasar bebas. Von Mises dan pengikutnya sebagai pembela kaum kapitalis justeru mengemukakan bahwa krisis yang terjadi karena ulah pemerintah yang terlalu mengintervensi pasar dan pelaku ekonomi yang tidak rasional dan kurang sabar. Bagaimana mungkin Kapitalisme bisa tegak dalam kontrol pemerintahan global (seperti World Bank dan IMF), dan pemerintahan domestik (Nasional) yang alih-alih mewujudkan pasar yang efisien, mereka malah kerap menyebabkan pasar tidak berjalan dengan efisien.
Titik Temu
Zizek mendefinisikan Kapitalisme yang juga diamini oleh Jamaah Von Mises.
If there ever was a system which enchanted its subjects with dreams (of freedom, of how your success depends on yourself, of luck around the corner, of unconstrained pleasures), it is capitalism. _Slavoj Žižek dalam it's the Political Economy, Stupid!" (2009).
Kapitalisme adalah spirit sederhana, kebebasan individu, kebebasan memilih, kompetisi, dan kepentingan diri. Kapitalisme adalah penemuan diri sebagai subjek yang memahami segala tindakannya yang rasional. Dalam tindakan rasional, ada dasar, cara, dan tujuan yang koheren dan konsisten.
Pandemi ini justru meneguhkan perang seteru abadi antara kebebasan individu versus kontrol total pada setiap individu oleh Government. Kebebasan untuk tidak menyakiti atau mengganggu kebebasan individu yang lain (atau individu tidak menjadi penyebar virus pada yang lain). Anda berdiri pada posisi yang mana? Waspadalah, pada yang merekomendasikan kalau pandemi adalah kebangkitan sosialisme atau komunisme. Boleh jadi, itu adalah propaganda menuju perbudakan.
Jadi pada titik dimana Kapitalisme bisa berdamai dengan pemerintah (global dan domestik). Sangat sederhana, yaitu pemerintahan yang bisa dipercaya, dan mengekapose fraud. Mungkin suatu saat, kita lebih membutuhkan konsensus dan menjunjung tinggi konsensus tersebut, daripada hidup di bawah rezim pemerintahan yang tidak bisa dipercaya dan penuh spekulasi.
If there ever was a system which enchanted its subjects with dreams (of freedom, of how your success depends on yourself, of luck around the corner, of unconstrained pleasures), it is capitalism. _Slavoj Žižek dalam it's the Political Economy, Stupid!" (2009).
======NOTE=====
The scholarly literature refers variously to agrarian capitalism, industrial capitalism, financial capitalism, monopoly capitalism, state capitalism, crony capitalism, and even creative capitalism.
Whatever the specific variety of capitalism denoted by these phrases, however, the connotation is nearly always negative. This is because the word “capitalism” was invented and then deployed by the critics of capitalists during the first global economy that clearly arose after 1848 and the spread of capitalism worldwide up to 1914.
In trying to define capitalism, one faces an “embarrassment of riches” because there are so many definitions. Grassby (1999, p. 1)2 refers to Richard Passow who reports that 111 definitions of capitalism existed as early as 1918 .Four elements, however, are common in each variant of capitalism, what- ever the specific emphasis:
Private property rights;
Contracts enforceable by third parties;
Markets with responsive prices; and
Supportive governments.
“capitalism” must also be considered as a system within which markets operate effectively to create price signals that can be observed and responded to effectively by everyone concerned – consumers, producers, and regulators.
The effectiveness of the market-driven capitalist system depends upon the incentives its institutions create for all concerned, as well as the openness it provides to enable participants in the system to respond to incentives. Douglass C. North defines institutions as: the rules of the game of a society and in consequence [they] provide the framework of incentives that shape economic, political, and social organizations. Institutions are composed of formal rules (laws, constitutions, rules), informal constraints (conventions, codes of conduct, norms of behavior), and the effectiveness of their enforcement. Enforcement is carried out by third parties (law enforcement, social ostracism), by second parties (retaliation), or by the first party (self-imposed codes of conduct). Institutions affect economic performance by determining, together with the technology employed, the transaction and transformation (production) costs that make up the total costs of production. (North 1997: 6) Capitalism, therefore, can be defined usefully as a complex and adaptive economic system operating within broader social, political, and cultural systems that are essentially supportive.
Kapitalisme sesungguhnya bukanlah sebuah “sistem”; dia lawan dari segala rencana yang digagas dari atas. Kapitalisme adalah kebebasan bagi individu-individu yang normal untuk membuat keputusan dan menentukan pilihan mereka sendiri. Dimanapun dan bilamanapun orang-orang miskin memiliki hak untuk memiliki, bekerja, berniaga, mengakses modal, dan memulai usaha, mereka akan mampu menciptakan kekayaan dan peluang-peluang yang fantastis.
Menurut Rosa, peradaban Yunani kuno juga bermula dari komunitas-komunitas komunistik semacam itu dan berakhir dengan perbudakan. Perbedaan antara formasi sosial perbudakan Yunani kuno dan feodalisme Abad Pertengahan Eropa terletak pada fakta bahwa perkembangan yang pertama berjalan ke “jalan buntu, sementara Abad Pertengahan menjadi landasan dan titik beragkat bagi perkembangan kapitalis”
INPUT - PROSES - TUJUAN (OUTPUT, OUTCOME IMPACT)
- Manusia (individu/kolektif) : indera, akal, qalbu
- Proses (humanis/mesin/non humanis) : Pasar or Govt, pasar+govt
- Tujuan Jangka Pendek/panjang/akhirat. Kesejahteraan/kebahagiaan
Menurut ahli sejarah perbudakan mulai ada sejak pengembangan pertanian sekitar 10.000 tahun lalu, para budak terdiri dari para penjahat atau orang-orang yang tidak dapat membayar hutang dan kelompok yang kalah perang, dan pertama kali ada perbudakan adalah di daerah Mesopotamia yaitu wilayah Sumeria, Babilonia, Asiria, Chaldea, yaitu kota –kota yang perekonomiannya dilandaskan pada pertanian. Pada masa itu orang berpendapat bahwa perbudakan merupakan keadaan alam yang wajar, yang dapat terjadi terhadap siapapun dan kapanpun. Berbagai cara ditempuh seperti menaklukan bangsa lain lalu menjadikan mereka sebagai budak, atau membeli dari para pedagang budak. Perbudakan dikenal hampir dalam semua peradaban dan masyarakat kuno, termasuk Sumeria, Mesir Kuno, Tiongkok Kuno, Imperium Akkad, Asiria, India Kuno, Yunani Kuno, Kekaisaran Romawi, Khilafah Islam, orang Ibrani di Palestina dan masyarakat-masyarakat sebelum Columbus di Amerika.
28/08/2023
MENGAPA KEWIRAUSAHAAN PENTING?
MENGAPA KEWIRAUSAHAAN PENTING?
Misi Kewirausahaan menjadi Misi Univeritas Negeri Makassar yang berarti semangat kewirausahaan sebaiknya mewarnai setiap aktifitas di kampus.
- Benarkah demikian?
- Mengapa kewirausahaan penting?
- Apa dan bagaimana agar dapat menyerap energi semangat berwirausaha?
Tidak ada praktik tanpa teori (konsep), teori tidak bisa berkembang tanpa praktik yang direfleksikan.
Demikian pula halnya dalam kewirausahaan. Ilmu adalah menyatunya prkatik dan teori, sehingga apabila hanya memiliki salah staunya belum sempurna keilmuannya.
DATA DAN KONSEP
Berdasarkan sensus ekonomi Badan Pusat Statistik (BPS), baseline 2019 jumlah rasio wirausaha mencapai 3,3 persen setara 8,2 juta. Artinya, dengan target 3,95 persen di 2024, maka diperlukan 1,5 juta penduduk yang usahanya menetap hingga 2024. Penumbuhan 1,5 juta wirausaha baru, tentunya efektif dalam kurun waktu tiga tahun atau mulai dari 2022 hingga 2024, sehingga rata-rata target per tahunnya 500 ribu wirausaha baru.
Pada Senin, 23 Mei 2022. Rasio kewirausahaan di Indonesia saat ini masih sangat rendah, yaitu 3,47% dari total penduduk Indonesia.
Agar wirausaha dapat tumbuh pemahaman tentang kewirausahaan penting dimassifkan.
Berikut beberapa Pengertian Kewirausahaan
- Entrepreuner (Bahasa Perancis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti "between taker atau go between" atau perantara, dikenal dengan istilah wirausaha di Indonesia Wirausaha (entrepreneur) terdiri dari kata Wira dan Usaha.
- Dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBI, 2008), wira berarti utama, gagah, luhur, berani, teladan, pejuang, sedangkan usaha diartikan sebagai kegiatan yang bersifat komersial maupun non komersial
- PETER Drucker (1996) Entrepreuner adalah “kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda”.
- Zimmerer dan Scarborough (1996), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi orang setiap hari.
- dan lain-lain
SIMULASI (IDENTIFIKASI)
- Sumber Energi (Extraversion atau Intraversion),
- Proses Informasi (Sensing atau Intuition),
- Pengambilan Keputusan (Thinking atau Feeling), dan
- Menjalankan Kehidupan (Judgment atau Perceiving).
TOPIK KEWIRAUSAHAAN
- Pengantar Kewirausahaan Perubahan Mindset;
- ide dan peluang bisnis & inovasi dan Aspeknya.
- Strategi inovasi Barang dan Jasa Start UP Business
- Identifikasi Peluang dan Risiko Bisnis
- Bisnis Canvass Model (Studi kasus)
- Studi kasus Millenial Cerdas Financial
- Prinsip dan karakteristik Enterpreneurship Jejak Enterpreneur (Studi kasus)
- Ide dan motivasi pelaku UKM Projeck (Studi kasus)

09/06/2023
Filsafat Gerak dan Penerapannya
Pentingkah memahami Gerak?
- Gerak Fisik dan Metafisik
- Gerak menurut Newton
- Gerak Menurut Filosof
- Syarat Gerak
- 5.1 Aristoteles
- 5.2. Plato
- 5.3. Mulla Shadra
- Potensi Dalam Gerak Substansial
- Penerapan Filsafat Gerak
Gerak Fisik dan Metafisik
- Fisik berkaitan dengan dunia materi dan fenomena yang dapat diamati dan dijelaskan melalui metode ilmiah.
- Fisik mempelajari sifat-sifat materi, hukum-hukum alam, perubahan fisik, dan hubungan kausal antara objek-objek fisik.
- Fisik berfokus pada hal-hal yang konkret, empiris, dan terukur. Ia berusaha memahami dunia melalui pengamatan, eksperimen, dan pemodelan matematis.
- Metafisik adalah cabang filsafat yang mempertanyakan aspek-aspek yang melampaui dunia fisik, seperti hakikat realitas, hakikat eksistensi, dan prinsip-prinsip dasar yang mendasari fenomena fisik.
- Metafisik melibatkan pertanyaan-pertanyaan tentang sifat dasar realitas, hubungan antara pikiran dan materi, keberadaan Tuhan, kesadaran, tujuan hidup, dan hal-hal yang tidak dapat diamati atau diukur secara langsung.
- Metafisik mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang realitas yang mendasari fenomena fisik dan mempertanyakan asumsi dan keterbatasan pengetahuan empiris.
Gerak menurut Newton
- Hukum Gerak Pertama (Hukum Inersia): Hukum ini menyatakan bahwa sebuah benda akan tetap dalam keadaan diam atau bergerak lurus dengan kecepatan konstan jika gaya yang bekerja pada benda tersebut adalah nol. Dengan kata lain, benda akan cenderung mempertahankan keadaannya, baik itu diam atau bergerak dengan kecepatan konstan, kecuali ada gaya yang bekerja pada benda tersebut
- Hukum Gerak Kedua (Hukum Hubungan Gaya dan Percepatan): Hukum ini menyatakan bahwa percepatan suatu benda sebanding dengan gaya yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut. Rumus matematis dari hukum ini dinyatakan sebagai F = ma, di mana F adalah gaya yang bekerja pada benda, m adalah massa benda, dan a adalah percepatan benda
- Hukum Gerak Ketiga (Hukum Aksi-Reaksi): Hukum ini menyatakan bahwa setiap aksi memiliki reaksi yang sebanding dan berlawanan arah. Artinya, jika suatu benda memberikan gaya kepada benda lain, maka benda tersebut akan merasakan gaya balasan dengan besar yang sama, tetapi berlawanan arah.
Gerak Menurut Filosof
- Aristoteles: Aristoteles mengembangkan konsep gerak atau perubahan dalam filsafatnya. Menurut Aristoteles, gerak adalah aktualisasi potensi suatu objek atau entitas. Dia membagi gerak menjadi tiga jenis: gerak substansial (perubahan dari satu substansi ke substansi lain), gerak kuantitas (perubahan dalam jumlah atau ukuran), dan gerak kualitas (perubahan dalam kualitas atau sifat objek).
- Hegel: Dalam filosofi Hegel, gerak atau perubahan dianggap sebagai unsur yang mendasari perkembangan realitas. Gerak dipandang sebagai kontradiksi antara dua kekuatan atau konsep yang saling bertentangan. Dalam kontradiksi tersebut, terjadi perubahan, sintesis, dan kemajuan menuju tahap berikutnya dalam perkembangan.
- Bergson: Filosof Prancis Henri Bergson menggagas konsep "durasi" atau "waktu-kehidupan" (la durée) dalam memahami gerak. Baginya, gerak bukanlah sekadar perubahan dalam waktu dan ruang, melainkan pengalaman subjektif dari durasi dan kehidupan yang mengalir terus-menerus.
- Deleuze: Filosof Prancis Gilles Deleuze mengembangkan konsep gerak dalam pemikirannya tentang ontologi. Baginya, gerak adalah karakteristik mendasar dari realitas, dan ia menggagas konsep "gerakan aktual" dan "gerakan virtual" untuk menjelaskan perubahan dan potensi dalam dunia.
- Nietzsche: Friedrich Nietzsche mengeksplorasi konsep gerak dalam konteks kehendak kuat dan kekuasaan. Baginya, gerak melibatkan pertempuran antara kekuatan yang saling berlawanan. Gerak ini terjadi ketika kehendak kuat mengatasi dan mengubah kondisi yang ada.
- Whitehead: Alfred North Whitehead, seorang filsuf dan matematikawan, mengembangkan konsep "proses" sebagai elemen mendasar dalam pemahaman gerak. Bagi Whitehead, realitas terdiri dari proses-proses yang saling berhubungan dan berubah terus-menerus. Gerak merupakan esensi dari proses dan perubahan yang tak terpisahkan dari alam semesta.
- Merleau-Ponty: Maurice Merleau-Ponty, filsuf fenomenologi, memandang gerak sebagai ekspresi tubuh dan hubungan antara tubuh dan dunia. Gerak bukan hanya perubahan posisi fisik, tetapi juga perubahan dalam persepsi, interaksi, dan pengalaman subjektif manusia.
- Process Philosophy (Filsafat Proses): Filsafat proses, yang dikembangkan oleh filsuf-filsuf seperti Alfred North Whitehead dan Charles Hartshorne, menekankan bahwa realitas adalah proses yang berkelanjutan. Gerak dianggap sebagai bagian tak terpisahkan dari proses tersebut, di mana perubahan dan relasi saling terkait dalam keberlangsungan alam semesta.
- Al-Ghazali: Abu Hamid Al-Ghazali, seorang cendekiawan besar dalam tradisi Islam, mengajukan konsep gerak dalam kerangka pemikiran teologi dan filsafat. Bagi Al-Ghazali, gerak adalah manifestasi dari kehendak Allah yang terus menerus memberikan keberadaan kepada segala sesuatu dalam alam semesta.
- Ibn Sina: Ibn Sina, juga dikenal sebagai Avicenna, adalah seorang filsuf Muslim terkenal. Dalam karyanya, "Kitab al-Shifa" (The Book of Healing), Ibn Sina membahas gerak dalam konteks ontologi dan metafisika. Bagi Ibn Sina, gerak adalah perubahan keadaan suatu benda dari potensi menjadi aktual, yang dikendalikan oleh Allah sebagai penyebab pertama.
- Ibn Rushd: Ibn Rushd, yang dikenal juga sebagai Averroes, adalah seorang cendekiawan Muslim yang memadukan pemikiran Aristoteles dengan pemikiran Islam. Dalam karyanya, "Tahafut al-Tahafut" (The Incoherence of the Incoherence), Ibn Rushd membahas gerak sebagai perubahan yang berlangsung dalam alam semesta, yang dipahami melalui akal dan pengamatan.
- Al-Farabi: Al-Farabi adalah seorang filosof dan ahli politik Muslim yang juga memberikan kontribusi dalam pemikiran gerak. Dia mengembangkan konsep "gerakan ke arah kesempurnaan" (al-harakah ila al-kamal) yang menyatakan bahwa gerak adalah proses menuju kebaikan dan kesempurnaan yang ditujukan oleh jiwa menuju Allah.
- Ibn Arabi: Ibn Arabi adalah seorang sufi dan filosof Muslim yang menggagas konsep "gerak cinta" (al-harakah al-mahabbah). Baginya, gerak adalah ekspresi cinta yang terus-menerus menggerakkan alam semesta dan mempertahankan keterhubungan antara semua entitas.
- Mulla Sadra: Mulla Sadra, seorang filsuf Muslim dari abad ke-17, dikaitkan dengan pemikiran ontologis yang disebut "Hikmah al-Muta'aliyah" atau "Filsafat Transenden." Dalam pemikirannya, gerak dipahami sebagai perubahan dan transformasi yang terjadi dalam realitas yang terus bergerak menuju pencapaian eksistensi yang lebih tinggi atau "hakikat al-wujud." Mulla Sadra: Mulla Sadra, seorang filsuf Islam Iran dari abad ke-17, mengembangkan pemikiran tentang gerak dalam kerangka ontologi dan eksistensialisme. Bagi Sadra, gerak adalah perubahan yang melibatkan aktualisasi potensi dan perubahan dalam substansi. Dia berpendapat bahwa gerak adalah bagian integral dari keberadaan dan perkembangan entitas menuju keberadaan yang lebih tinggi.
- Shah Waliullah: Shah Waliullah, seorang ulama dan filsuf Islam dari India abad ke-18, memandang gerak sebagai manifestasi dari tindakan Allah yang melibatkan perubahan dan evolusi dalam alam semesta. Baginya, gerak adalah bagian dari tindakan penciptaan dan hukum-hukum yang ditetapkan oleh Allah.
- Seyyed Hossein Nasr: Seyyed Hossein Nasr, seorang filsuf Islam kontemporer, menggagas pemikiran tentang gerak dalam konteks harmoni kosmik. Baginya, gerak adalah ekspresi dari musik alam semesta yang diatur oleh Allah. Gerak ini mencerminkan keteraturan dan keindahan dalam alam semesta yang mengarah pada kesadaran dan penghayatan spiritual.
Syarat Gerak
5.1 Aristoteles
5.2. Plato
5.3. Mulla Shadra
Potensi Dalam Gerak Substansial
Penerapan Filsafat Gerak
Referensi:
- Budiman, Ikhlas. 2021. Diktat Perkuliahan: Kaidah-Kaidah Filsafat Islam. Jakarta:Sekolah Tinggi Filsafat Islam Sadra.
- Hermawan, A. Heris. 2011. Filsafat Islam. Bandung: CV. Insan Mandiri.
- Ismail dan Aryati, Aziza. 2018. “Filsafat Etika Mulla Shadra Antara Paradigma Mistik dan Teologi. Jurnal Mantiq. Vol. 3. No. 2
- Juwaini. 2013. “Pemikiran Filosofi Mulla Shadra”. Skripsi. University Kebangsaan Malaysia
- Lathief, Supaat I. 2010. Sastra Eksistensialisme-Mistisme Religius. Lamongan : Pustaka Pujangga.
- Supratman. 2009. “Dimensi Sosial dalam Filsafat Mulla Shadra”. Jurnal Ilmu Budaya. Vol. 7. No. 2
- https://sadra.ac.id/ringkasan-sekolah-hikmah-mutaaliyah-harakah-jauhariah-gerak-subtansi-sesi-ke10-dr-ammar-fauzi.html/
- https://www.edrawmind.com/templates/event-timeline-template.html
- https://www.zilfaroni.web.id/2012/05/kajian-tentang-fisika-dan-metafisika.html?m=1
- https://lsfdiscourse.org/apa-itu-ruang/
- https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Fisika_Aristoteles
- https://al-bayan.uai.ac.id/?p=459
- https://intanuzulis.home.blog/2020/12/01/metafisika/
- Dan referensi lain-lain
Download Materi : Click Logo Cikal Akal
13/03/2023
TRANSFORMASI DIGITAL UNTUK SIAPA?
TRANSFORMASI DIGITAL UNTUK SIAPA?
- KNOWLEDGE (Talent, Training and Eductaion, Scientific Concentration)
- TECHNOLOGY (Regulatory Framework, Capital, Technological Framework)
- FUTURE READINESS (Adaptive attitudes, Business agility, IT integration)
Rangking indonesia dari tahun 2018(62), 2019(56), 2020(56), 2021(53), 2022(51). Laporan lengkapnya dapat dilihat di sini. Knowledge is power kata Francis Bacon. Kini Knowledge is Potential Power (Napoleon Hill). “Knowledge is only potential power. It becomes power only when, and if, it is organized into definite plans of action, and directed to a definite end.”
― Napoleon Hill, Think and Grow Rich: The Original 1937 Unedited.
Klaus Schwab dengan Industri 4.0-nya mengemukakan:
- Argumentasi: Kecepatan, keluasan dan kedalaman, dampak sistemik (terhadap negara, masyarakat, industri, dan perusahaan).
- Dampak sistemik: ketimpangan sebagai tantangan terbesar.
- Megatrend: Fisik (kendaraan tanpa pengemudi, mesin cetak 3D, advanced robotics, dan material baru), digital, biologis.
- Tipping point dari Industri 4.0 diperkirakan terjadi pada tahun 2025.
SALAH KAPRAH TRANSFORMASI DIGITAL
Transformasi membutuhkan strategi bukan sekadar langkah taktis mengadopsi teknologi terbaru. Transformasi digital bukan hanya mendigitalkan yang sebelumnya tidak digital. Sebagai metafore transformasi dapat diilustrasikan seperti berikut.