Showing posts with label Inspirasi. Show all posts
Showing posts with label Inspirasi. Show all posts
05/05/2024
WAKE UP FOR PALESTINE
Llunr - WAKE UP - Lirik dan terjemahan
ADA banyak cara untuk menjaga ingatan, menjaga konsistensi, membaca, diskusi, membuat forum, aksi bersama, dan lagu.
Sejak eskalasi perang Gaza vs Israel meningkat beberapa tahun terakhir sejumlah relawan di seluruh dunia yang dipersatukan oleh panggilan kemanusian berkontribusi mendukung perjuangan Palestina dan Kemerdekaan Palestina, atau setidaknya penjajahan sampai Genosida di hentikan berdasarkan kemampuan, kompetensi dan keahlian masing-masing.
Lagu diyakini sebagai salah satu yang bisa menyentuh hatu manusia untuk terlibat dan bersolidaritas.
Llunr - WAKE UP - Lirik dan terjemahan
intro Wake up, it's a long night, darling /Bangunlah, ini malam yan panjang sayang Wake up, it's the brightest sky /Bangunlah, ini langit yang paling terang No love, it's a dark night, darling /Tidak ada cinta di malam yan gelap sayang Hold on to me for dear life /Peganglah aku seumur hidup Wake up, where, where do we go to? /Bangun, kemana? kemana kita pergi Wake up, fire, fire in your eye /Bangunkan api-api dimatamu Oh love, we will try to come and save you /Oh Cinta, kami akan mencoba untuk datang dan meyelamatkanmu It's all just a matter of time /Ini semua hanya masalah waktu Wake up, won't you listen to the people? /Bangunlah, mauka kau mendengarkan orang-orang? Wake up from the mountain of the lies /Bangunlah dari gunung kebohongan No love, you've been a pawn through every sequel /Tidak conta, kau telah menjadi pion dalam setiap sekuel Wake up, wake up, wake up, wake /Bangun, bangun, bangun Wake up, call your brother, call your mother /Bangun, panggil saudaramu, panggil ibumu Wake up under aid from the sky /Bangun di bawah bantuan dari langit Oh love, we're digging deeper in the rubble /oh Cinta, kami menggali lebih dalam di reruntuhan Hold on to my voice outside /Tahan suaraku di luar Wake up, we just lost another family /Bangun, kami baru saja kehilangan keluarga lain Wake up, 'cause we need the world to see /Bangunlah karena kita perlu dunia untuk melihat No love, they won't ever understand us /Tidak cinta, mereka tidak akanpernah mengerti kita Too bad, we're just bodies on a screen /Sayang sekali kami hanya tubuh di layar Wake up, they don't care about the people /Bangunlah, mereka tidak peduli denganornag-orang Wake up, they don't care about you too /Bangunlah, mereka jug atidak peduli denganmu Oh love, if you're walking with the people /oh CInta, jika kau berjalan bersama ornag-orang Hold on 'cause they're coming for you /Tunggu karena mereka datang untukmu Wake up, little boy, they don't want you /Bangunlah, anak kecil, mereka tidak menginginkanmu Wake up, you might threaten their plan /Bangunlah, kau mungkin mengancam rencana mereka Run, run, before they come and find you /Lari, lari oh sebelum mereka datang untuk menemukanmu Grow up 'til you're taught to fight back /Tumbuhlah sampai kau diajari untuk melawanSTAY BOYCOTT
https://www.ipsc.ie/campaigns/consumer-boycott
https://www.youtube.com/watch?v=uqS3Nl3Ym4g
15/04/2020
Sombayya ri Gowa Hadapi Ancaman Resesi Akibat Wabah
Sombayya ri Gowa Hadapi Ancaman Resesi Akibat WabahSyamsu Alam *)
Ulasan tentang Corona persfektif sains ilmiah sampai nir-sains (hoax) sudah sangat banyak, melimpah berseliweran di media sosial dan group-group. Ia telah menjadi infodemik (bahkan melampaui pandemi itu sendiri). Soal penyakit, apakah harus selalu ilmiah? Fakta sejarah menunjukkan, tidak. Ada orang bisa sembuh hanya dengan ditiup ubun-ubunnya, atau hanya diusap dengan air *idah. Bagaimana dengan Corona yang seperti hantu.
Dalam Sinrilik Daeng Tutu yang berdurasi 51 detik yang viral, ia menyampaikan pesan-pesan agar tetap menjaga diri dan menjaga keluarga seisi rumah agar terhindar dari Virus Korona.
Terjemahan bebasnya sinriliknya kira-kira begini "Tidak ada tanda-tanda awal, tidak jelas asalnya, tiba-tiba ada penyakit yang namanya Virus Corona. Membawa penyakit tak ubahnya 'Garring Pua'. Ia seperti hantu. Oleh karena itu, kepada warga, dengarkan himbauan pemerintah, menjaga kesehatan dan menjaga keluarga agar tetap di rumah saja".
Gara-gara Corona saya mengetahui apa itu "Garring Pua". Istilah yang biasa dilontarkan orang tua kalau melihat anak-anak yang nakal dan tidak mau mendengar orang tuanya. "Na alle laloko Garring Pua", semoga 'Garring Pua" menimpamu. Kata-kata itu masih terekam dalam alam bawah sadar, dan baru seminggu ini saya tahu kalau "Garring Pua" adalah sejenis wabah/penyakit yang menjangkiti seluruh wilayah. Bahkan, kalau saya bertanya, apa itu "Garring Pua" Orang tua kesulitan memberikan jawaban yang memuaskan.
Dulu dan Kini
Wabah 'Garring Pua' tercatat dalam Lontara Bilang Gowa (Prof. Mukhlis Paeni). Wabah ini terjadi pada pemerintahan Raja Gowa Sultan Alauddin Raja Gowa ke-14 yang pertama menerima Islam. Wabah ini hampir menyeluruh di bawah daerah kekuasaannya hingga tercatat puluhan ribu korban rakyat dari wabah ini.
Wabah ini sangat menakutkan dan membuat panik rakyat dan terutama Sultan, karena kejadiannya sangat aneh dan tiba tiba. Sekiranya rakyat terkena sakit pagi hari, sore sudah meninggal dan begitupun sebaliknya diserang sore pagi pun meninggal. Sehingga wabah seperti hantu yg akan mengambil nyawa mereka hingga rakyat sangat takut dan mengurung diri dirumah.
Kini, Virus Corona meskipun tingkat kematiannya sekitar 2-3%. Namun kepanikan telah menghipnotis manusia sejagad. Jejaring internet memudahkan penyebaran informasi beserta reduksinya. Koneksi transportasi dan interaksi global mempercepat penyebaran virusnya. Derasnya informasi dan transportasi di fase-fase awal penyebaran virus Corona diperparah dengan teror statistik yang disajikan seperti balapan.
Di Indonesia sendiri dua kegiatan agama yang menjadi media penyebaran yang massfi adalah Ijtima Jamaah Tabligh di Gowa dan penahbisan uskup di Ruteng NTT. Padahal pemerintah sudah memberi peringatan bahkan larangan untuk tidak melakukan acara yang melibatkan banyak orang.
Belajar dari Sombayya ri Gowa
Semua negara di dunia, semua daerah di Nusantara gagap menghadapinya. Ini sejarah baru bagaimana seluruh dunia disibukkan dengan mahluk mikro yang tak kasat mata. Bahkan beredar di media menteri kesehatan mengaku tidak mempunyai cara mengatasi pandemi ini.
Menanggapi Wabah yang sangat mencemaskan itu Raja Gowa Sultan Alauddin (1593-1639) juga melakukan sejenis “Self Quarantine” pada tanggal 4 Agustus 1636. Ia pun meninggalkan istana di Somba Opu dan mengisolasi diri di Istana yang lebih kecil di Bontoala. (Prof. Mukhlis Paeni).
Melihat wabah "Garring Pua" Sombayya ri Gowa mengumpulkan seluruh perangkat kerajaan dengan istilah memanggil untuk "akkusiang" sejenis rapat bersama. Mencari langkah mengatasi bencana ini. Khadi kerajaan Gowa waktu adalah Datuk Ri Bandang. Ia penyebar agama Islam di kerajaan gowa. Meminta kepada Sombayya Sultan Gowa untuk melakukan ritual agama dalam hal ini di awali dengan tobat bersama dan melakukan pengamalan ritual Rate Juma.
Lazimnya Rate jumat atau populernya "Zikkiri Jumat" di laksanakan malam jumat setelah Isya di Balla Lompoa, Istana Somba Opu, yang sebelumnya lepas Magrib di tabuhlah gendang tunrung pabballe. Majelis zikir di ambil dari kelompok Anrong Guru Mokkinga Taeng dengan jumlah empat puluh orang di samping itu sultan perintahkan juga para Tupanrita, Tabib untuk mencari "tambara pa'bballe" (obat) untuk mecegah wabah ini.
Sombayya Sultan juga memerintahkan para menteri untuk bersama sama membuka persedian negeri untuk rakyat Gowa. Seluruh simpanan padi dan beras dalam rumah penyimpanan padi palampang dibuka dan disalurkan ke seluruh rakyat Gowa.
Sekilas terlintas bagaimana Sombayya bersama Ulama (Khadi), Tupanrita, Tabib, Anrong Guru, Para Menteri, dan juga Warga melawan wabah "Garring Pua". Nampak pula organisasi dan orkestrasi kolaborasi melibatkan pihak-pihak utama. Sementara dari rapat-rapat yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini cenderung sangat terbatas pada pihak keamanan yang dominan. Apakah warga saat ini demikian sulit didisiplinkan? ataukah tidak ada ulama se-Zuhud Datuk Ri Bandang yang didengar oleh Pemerintah dan warga sekaligus.
Saran pertama Datok Ri Bandang pada Sombayya diawali dengan pertobatan. lalu dilanjutkan dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan. Jika dulu Kerajaan membagikan pangan yang ada di lumbung pangan. Mungkin saat ini adalah relokasi anggara. Tupanrita dan Tabib tetap pada keahliannya. Semua berkontribusi berdasarkan keahlian dan kapasitas.
Kolaborasi Sombayya, Ulama (Khadi), Tupanrita (Termasuk Tabib), dan Para Pejabat kerajaan. Masyarakat kita sepertinya cukup patuh pada pemimpin yang bsai ditauladani. Asal jangan seperti pagar makan tanaman. Seperti Larangan Polisi melaksanakan pesta, namun ternyata petinggi polisi berpesta di tengah merebaknya Corona. Masyarakat kita membutuhkan kejujuran, keberanian, integritas dari pemimpinnya, serta kedermawanan bangsawan.
Jika diringkas kira-kira, menghadapai resesi akibat wabah kita membutuhkan kolaborasi apik antara pemerintahan yang berintegritas, agamawan yang Zuhud, Orang kaya yang dermawan, dan Aparat keamanan yang pemberani dan bermoral. Siapa yang bisa mengorkestrasi? Kita memiliki kekuatan lokal spirit Sulapa Appa, yang semoga saja tidak tergerus oleh politik transaksional dan kepentingan pragmatis. Semoga.
*) Pegiat di Praxis School
Dimuat di Harian Tribun TImur "Sombayya ri Gowa"
08/05/2015
TOKOH INSPIRASI: Out of the Box
TOKOH INSPIRASI: Out of the Box
Spesial Hari Pencerahan Nasional ala
alam-yin.com
Foto di atas bukanlah kandidat
calon gubernur/bupati/walikota. Beliau-beliau adalah inspirator di komunitasnya
masing-masing. Pertama, Pak Madjid
(Madjid Sallatu) adalah sosok akademisi yang mumpuni ide-ide yang menghentak di
bidang perencanaan pembangunan, meskipun secara akademik hingga pensiun tidak
menyandang gelar professor di depan namanya namun kapasitasnya melebihi gelar
tersebut. Menurutku, salah dua jasa monumental beliau adalah berhasil
membangun tim solid peneliti yang kini berkecimpung di P3KM (Pusat Studi
Kebijakan dan Manajemen) Unhas dan gagasan tentang ‘memerdekakan’ KTI (Kawasan
Timur Indonesia) dari Indonesia Barat. Kedua, Ka Sul (Sulhan Yusuf) adalah
sosok yang akrab dengan buku, gerakan literasi tepatnya pegiat literasi Boetta
Ilmoe Kab. Bantaeng, koes plus dan
Arsenal, beliau juga tak jarang digelari sebagai ‘prof’ lebih tepatnya provokator. Meskipun profesi mereka
berbeda, namun yang pasti secara fisik dan semangat mereka ada kemiripan dan
bahkan kesamaan, salah satu kesamaannya adalah kepala boleh plontos tetapi
pikiran kritis kosntruktif harus tetap subur.
Lalu, apa yang menjadikan kedua
tokoh ini penting. Tentu bagi siapapun yang sering atau kadang-kadang
berinteraksi dan mendengar diskusi-diskusi kedua orang ini akan menemukan
semangat dan inspirasi dan harapan baru dari beliau. Setidaknya ada dua momen
di awal bulan mei secara sengaja dipertemukan oleh Tuhan di waktu dan tempat
yang berbeda dengan topik perbincangan yang berbeda pula.
Senin 3 mei 2015. PSKMP (P3KM) Unhas adalah salah satu rute
mingguan saya, dalam seminggu menyempatkan diri bertandang ke tempat ini. Cerita pak madjid tentang gigi dan reparasi
gigi.
Dia bercerita tentang pengalamannya konsultasi dengan dokter gigi.Hal yang baru
menurut saya adalah tentang implant gigi.
Sepengathuan saya teknologi implant biasanya ditanam ke jaringan syaraf.
Seperti film mendiang Robbin Williams dalam The Final Cut. Dengan teknologi
implant, orang yang sekarat bisa di replay
kehidupannya. Prinsipnya sama dengan implant gigi dengan menanamkan besi di
tulang. Biaya implant gigi lumayan mahal minimal 10 juta/gigi, belum biaya
perawatan. Bisa di bayangkan kalau gigi kita sudah rontok sekitar 10 buah. Tapi
apa pesan menarik beliau tentang cerita itu. ‘bagi kalian yang giginya masih
bagus, jagalah gigimu baik-baik’.
Tentu, pesan sederhana tersebut penting
menjadi perhatian. Kenapa? Pertama.
Bisa Anda bayangkan kalau Anda tidak punya gigi. Kita tidak bisa menikmati
indahnya senyum dan lezatnya makanan. Kedua,
Dampaknya pada pola konsumsi dan cara kita menjalani hidup. Pastilah, kita
tidak ingin menghabiskan usai produktif mencari nafkah dan akhirnya terpaksa kita
setor ke para dokter.
Pesan lainnya yang serap adalah
bahwa dunia kedokteran memang tak ubahnya seperti bengkel otomotif. Saya curiga
ungkapan Ivan Illich semakin nyata benarnya, bahwa salah satu yang bisa merusak
dunia pendidikan kesehatan adalah ‘bisnis rumah sakit’. Praktik kedokteran dan
bisnisnya kadang dan pada umumnya memposisikan pasien layaknya ‘mesin rusak’,
yang jika suatu organ tidak berfungsi normal atau menunjukkan gejala disfungsi,
maka solusinya adalah ‘amputasi’. Ibarat motor jika onderdilnya rusak ganti
sparepartnya, atau seperti amputasi ala orde baru dimana para pembangkang/kritikus
harus diculik atau bahkan dibunuh persis
seperti Adam Suttler dalam film V for Vendetta. Saya curiga ada persekongkolan paradigmatik antara dunia pendidikan,
kedokteran, otomotif, dan para diktator pada setiap tingkatan.
Sepintas, hidup di dunia memang
penuh biaya. Namun pastilah ada dunia yang lain yang tidak selalu bicara soal
biaya. Kita masih bisa memandangi cahaya rembulan di malam hari bersama kekasih
dengan free. Atau tertawa bahagia di
warung kopi lostcost karena ditraktir
teman yang baik hati J.
Dan salah satu tokoh dan pegiat komunitas, yang mencoba memandang dunia tidak
dengan dasar biaya seperti yang ada dalam cerita berikut.
Rabu 6 mei 2015, sekitar pukul 12.30 saya menyambangi Toko Buku
Papirus (pusat dakwah Muhammadiyah/ depan Unhas), dari jauh senyum sumringah ka
Sul begitu menggoda, sapaan khasnya yang kadang sedikit ‘membully’ saya ketika
memasuki ruang Toko Bukunya. Secara sengaja (Takdir) Tuhan mempertemukan juga
dengan Ka Herman Pabau (salah seorang guru spiritual, yang sempat bekerjasama
apim dalam training spiritual tentang penyembuhan dengan teknis meditasi ala
sufi ketika saya masih sangat muda J
dan aktif di LK UNM). Tentu ketemu dengan kedua guru ini, kita akan hanyut
dalam diskusi yang tak berkesudahan. Diskusi tentang dari yang kiri hingga yang
paling kanan, dari yang materil bahkan yang immateri, hal vulgar hingga sakral,
organisasi profit dan non profit, pengalaman spiritual pribadi hingga
pergumulan rekayasa sosial. Pokoknya banyak, dan ini tidak mungkin sya dapat di
ruang-ruang kuliah.
Di penghujung perbincangan (sekitar
pukul 16.50 wita) dengan beliau, dengan sesekali perhatian kami dialihkan oleh
pengunjung Toko Buku. Ada hal yang menarik dan menghentak dalam benak saya
ketika beliau berbagi pengalaman di Boetta Ilmoe tentang “MANAJEMEN ORANG
MATI”. Apa itu manajemen orang mati?
Manajemen orang mati adalah
praktik langsung dari apa yang orang anggap baru adalah “mass collaboration”. Dalam kolaborasi komunikasi berlangsung cair
dan mengalir, tanpa hirarki, tanpa administrasi, dan semua orang tergerak dan
bergerak melakukan pekerjaan masing-masing sesuai bidangnya hingga mayat masuk
di liang lahat. Cukup dengan pengumuman kedukaan, orang-orang pun berdatangan
secara sukarela. Ada yang mengurusi nisannya, kerandanya, kainnya, tendanya,
persiapan shalat jenasahnya dan seterusnya. Sebuah kolaborasi yang digerakkan
atas dasar tolong menolong dan mensukseskan suatu ‘event kematian’. Tentu,
kolaborasi seperti ini tidak bisa terwujud jika tidak ada kohesi sosial yang
kuat atau modal sosial yang kokoh dalam suatu komunitas/masyarakat.
Metode di atas coba beliau
praktikkan dalam mengelola event ulang tahun Boetta Ilmoe. Tanpa manajemen yang
rigid yang berdasar pada hubungan
hirarki yang kuat, administrasi yang ketat tetap mensukseskan kegiatan
tersebut. Tentu, itu bukan kali pertama daeng
Sulhan bereksperimen melawan arus mainstream. Dan tentu pula kita tidak
serta merta bisa menduplikasi kesuksesan beliau bereksperimen tanpa melihat
latar sejarah terbangunnya kohesi sosial dan pandangan politik di komunitasnya.
Sebuah komunitas yang berbasis modal sosial yang kuat pasti dapat mewujudkan ‘mass collaboration’ yang apik, elegan
dan menarik.
Panjang umur
Pak Madjid dan Ka Sulhan. Dua tokoh dari dua kampus yang berbeda yang
menginspirasi dan berjasa membangun budaya kritis dan mendorong tradisi
intelektual yang “out of the box”. Semoga kampus merah UNHAS dan Kampus Orange UNM
bersinergi membangun tradisi tersbut dan menjadi ‘center
of excellent’ di Indonesia.
Selamat Hari Pendidikan Nasional 2015
@alamyin, makassar mei 2015