Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

18/12/2011

Teori Mikroekonomi- Adrenalin dan rayuan Iklan


Kamis 15 des 2011, adalah hari yang panjang, indah dan mengesankan,. Kuliah mikro. walau agak telat, namun semangat tetap menggebu mengikuti kuliah yang satu ini.
Mata kuliah yang unik karena suasana kelas "cool" dan pengajarnya yang unik, langka, aneh tapi nyata. keunikannya antara lain, selalu ada humor, ada ketegangan, selalu ada yang baru :)

Namun yang tidak kalah istimewanya adalah, karena kuliah ini benar2 memacu adrenalin.
ketegangan dalam interaksi belajar mengajar melebihi ketika menonton final tim kesayangan anda.
mungkin anda berpikir, pola mengajar dosen yang kolot dan mirip sistem belajar zaman kolonial.
Anda ditanya, jawabannya benar, syukur !. tapi jika jawaban anda melenceng dari frame jawaban yg semestinya maka bersiaplah menuai untaian kata-kata mutiara.
-asbun(asal bunyi), pa pau pau , common sense- bahkan ada kata2 puitis "otak kalian karatan".. hahaha....pengasuh mata kuliah mikro sebelumnya.

Model mengajar yang sedikit "nyentrik" hehe... .
Menurut dosen kami, .. otak kalian membeku, kurang diasah, jarang memperoleh nutrisi (jarang membaca), sehingga sesekali harus dibuat tegang. harus ada gesekan, konflik dan pertentangan-pertentangan.mendengar kata2 itu saya ingat kata Einsten dalam buku Kang Jalal "Belajar Cerdas".
"membaca bisa membuat awet muda, setiap kali otak kita memperoleh data baru maka akan terbentuk jaringan dendrit baru, dan jika otak sering digunakan (berpikir) maka jaringan-jaringan tersebut akan terkoneksi antara yg satu dengan yang lainnya".

Atau barangkali untuk skala yang lebih makro konflik, pertentangan-pertentangan adalah suatu kemestian. :P
Kuliah hari ini, benar2 komplit, selain mendapat teori dan contoh matematis tentang diskriminasi harga "pasar Monipoli", kami juga memperoleh nasehat-nasihat spiritual, nasihat pengembangan diri dan bla..bla...bla.....

Beberapa diantara nasihat tersebut adalah: Preferensi konsumen, iklan dan perempuan. Sudah bisa ditebak, bahwa bicara soal Konsumsi-Iklan seperti bicara tentang mata uang logam yang tidak bisa di pisahkan. MPC (marginal Propensity to Consume) atau hasrat mengkonsumsi / hasrat belanja harus yang harus di picu dengan iklan.

Lalu kenapa dengan perempuan, aha,.. ternyata yang paling banyak menjadi korban rayuan iklan adalah kelompok manusia yang satu ini, hal ini bukan berarti bahwa kelompoj mahluk lainnya tidak tergoda rayuan iklan. ingin lihat buktinya "cukuplah dengan bercermin".

Dosen kami itu, mencontohkan ketika menghadiri perjamuan, dimana hampir semua perempuan berpakain ala "Demi Moore ", istrinya berbisik dengan mesra " Pa, hanya kita yang berpakaian dinas dan sesederhana ini".

inilah ciri Ibu, bahwa Ibu adalah istri Dosen, yang harus tampil beda dengan sifat kesederhanaannya, punya pembeda tapi bukan berarti memisahkan diri dari pergaulan, ibu-ibu yang menor lengkap dengan aksesoris di tubuh__ kira2 demikian ceritanya di kelas. Akademisi mestinnya punya identitas/pembeda tapi bukan berarti berpisah.

Spirit kritisisme dan kesederhanaan inilah yang mestinya tetap menjadi ciri masyarakat akademik (perguruan tinggi), yang tidak berbicara dan berperilaku berdasarkan common sense (kesadaran massa) yang kadang menjadi lahan subur para "pengiklan" untuk menyedot uang konsumen secara perlahan halus namun pasti. Ungkapan tersebut mengajarkan kepada kami (khususnya pribadi), bahwa konsumen mestinya tetap kritis atas setiap "bujuk rayu iklan", rasionalitas harus tetap unggul atas imaji-imaji yang ditawarkan Iklan.

Kuliah hari ini diakhiri dengan humor, yang singkat padat dan bikin Ngakak,... benar-benar perfect dosen yang satu ini.
Humor dan guyonannya bisa merelaxkan kami, see you next week, seraya melambaikan tangan kepada kami !
Begini caritaku... @Ruang 106 UH Makassar, Kamis 15 Desember 2011.