Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

12/11/2016

Ekonomi Kerakyatan dan Industri Lorong

Ekonomi Kerakyatan dan Industri Lorong
Mimpi Kota Makassar di usia ke-409 tahun masih dalam ranah menjadi Kota Dunia. Kota Dunia dengan tagline “Smart” dan “Sombere”. Bagi Danny Pomanto (Walikota Makassar periode 2014-2019), Industri Lorong adalah pengejawantahan ekonomi Kerakyatan. Industri Lorong adalah salah satu program unggulan Pemerintah Kota akan melakukan Pilot Project pengembangan komoditas “Lombok” di beberapa Lorong di Makassar yang potensial. Sebagai “Pilot Project” penting untuk menguji dan menelisik asumsi-asumsi yang dibangun di balik industri dan klaim atas praktik langsung ekonomi Kerakyatan. Apa saja peluang dan tantangan dari Industri Lorong tersebut? Benarkah program tersebut akan menyentuh  Kaum Miskin Kota (KMK) Makassar?

Berdasarkan data Badan Pusat statistik (BPS), Pertumbuhan Ekonomi Kota Makassar tahun 2011 sebesar 10,36 terus mengalami penurunan  setiap tahun hingga 7,04 % pada tahun 2014. Namun mengalami peningkatan pada tahun 2015 menjadi 7,44%. Hal yang mengkhawatirkan adalah angka pengangguran yang meningkat tajam. Pada tahun 2012, angka pengangguran mencapai 9,97% pada tahun 2015 menyentuh angka 12,03%. Angka ini merupakan angka pengangguran tertinggi kedua di Sulsel setalah Kota palopo (BPS Kota Makassar, 2016). Pengangguran tersebut adalah angkatan kerja yang tidak tertampung di sektor formal.

Lorong adalah Sel Kota

Kota dunia yang dimimpikan adalah miniatur kota yang bukan hanya sekadar dijejali dengan pemandangan gedung-gedung tinggi, kemacetan, kriminalitas dan fitur-fitur kota yang sering kita alami dan saksikan. Kota dunia yang diharapkan adalah kota yang 'smart' (Cerdas) dan Sombere (ramah dan bersahabat). Kota yang cerdas adalah kota yang penghuninya adalah pembelajar dan menyenangi hal-hal baru sekaligus menantang. Ramah dan bersahabat adalah upaya aktualisasi pengetahuan lokal 'sipakatau' dan 'sipakainga'. Frase Cerdas dan Bersahabat menyiratkan makna tidak arogan. Sehingga selayaknya proses pembangunan kota berbasis pada slogan tersebut.

Walikota Makassar dengan program andalan yang dikenal dengan 8 Jalan Restorasi Lorong. Kedelapannya adalah Lorong tidak rantasa, Garden ceria, Singara'na lorong ta, Industri lorong, Smart lorong, Lorong wisata, Usaha lorong, dan Apartemen Lorong. Program 'Longgar' atau Lorong Garden dilirik oleh pemerintah pusat untuk dijadikan Program Nasional. Kisah sukses ‘Longgar” akan ditindak lanjutan dengan program BULO (Badan Usaha Lorong) yang diharap dapat meningkatkan kesejahteraan warga lorong, meningkatkan perputaran ekonomi masyarakat berbasis lorong, sekaligus upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, menekan inflasi, dan peningkatan kualitas manusia.


Skema dan pengembangan ekonomi lorong secara sepintas cukup menjanjikan. Hitung-hitungan kasar, hanya dengan fokus pada penanaman dan pengusahan komoditas Lombok Kota Makassar dapat meraup hasil hingga Triliuan Rupiah. Jika 1 pohon Lombok, dengan asumsi hasil panen 4-5 kg, harga 30 ribu/kilo, maka usaha lorong ini berpotensi mencapai hasil produksi sebasar Rp1,440 M pertahun. Hasil tersbut akan lebih tinggi jika pengelolaannya dengan system Organik yang akan dikerjasamakan dengan Bank Sampah Kota Makassar. Skema pembaiayan, pemasaran, distribusi “Pilot Project” ini akan didukung penuh oleh Pemkot. Sebagai usaha Mikro akan didukung penuh untuk memaksimalkan peran koperasi dalam pengusahaan komoditas ini.

Tantangan dan Peluang

Filosofi ekonomi Kerakyatan adalah bagaimana menerapkan budaya kerja gotong-royong dalam setiap aktifitas ekonomi. Sukses, berdaya dan sejahtera bersama. Dalam perspektif pemerintahan “Bagaimana mengajak masyarakat terlibat aktif dalam program pemerintah, menerima visi kota dan meningkatkan partisipasinya” (Danny). 

Salah satu dasar pemikiran pengembangan BULO adalah untuk ketahanan pangan, menekan inflasi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indikator Makro tersebut harus diikuti dengan peningkatan kualitas pada sisi mikro. Sekaligus menjamin peningkatan kualitas hidup warga lorong.

Beberapa catatan mendasar atas niat baik pemerintah kota tersebut, terkait produktivitas pengusahaan, manajemen, dan tata kelola kelembagaan. Pertama, Produktivitas usaha komoditi di atas akan ditangani langsung oleh dinas ketahanan pangan sebagai leading sektor. Kajian atas tanah dan iklim untuk budidaya tanaman di atas. Menangani Industri lorong yang tersebar di 14 kecamatan, harus bisa meyakinkan warga bahwa usaha ini untuk warga lorong secara keseluruhan. Peningkatan produktifitas membutuhkan fokus dan massif yang konsisten dari pihak-pihak yang terkait.Kedua, Manajemen produksi, pemasaran, sumber daya manusia dan keuangan. Terkait manajemen,masalah ikutannya adalah etos kerja, loyalitas dan konsisten pada semangat kerakyatan, yang berbasis pada pelayanan. Skema yang dibangun oleh Pemkot adalah siap menjadi buyer hasil produksi dan pemasaran produk. Rantai produksi dan manajemen hingga ke konsumen akhir syarat utama kesuksesan manajemen, sekaligus menjamin terjadinya sustainibiltas program. Ketiga,Tata kelola kelembagaan. Melibatkan multi SKPD bukan hal yang mudah. Hal mendasar yang sebaiknya dibenahi sedari awal adalah bagaimana meminimalisir terjangkitnya penyakit birokrasi yang lazim diistilahkan dengan "Kolesterol Tinggi" -koordinasi lemah dan ego sektoral tinggi-.

Keterlibatan Dinas ketahanan pangan sebagai leading sektor, Dinas Perdagangan, UMKM dan Koperasi, dan Bappeda Kota Makassar, serta dinas-dinas terkait yang terlibat langsung untuk menyukseskan Industri Lorong. Sungguh, kita merindukan Industri yang humanis dan pro pada rakyat adalah industri yang dalam produksi sebisa mungkin dikelola oleh rakyat untuk kesejahteraan rakyat yang tersebar di 7000 lebih lorong. Semoga !.


Syamsu Alam, @alamyin.
Tulisan ini adalah tulisan versi lengkap penulis.
Versi edit Dimuat di Harian Tribun Timur edisi Sabtu 12-11-2016.