Read, Write, and Do Something

No Teaching without learning

Menulislah agar abadi

---

Listen, free economic make better

15/07/2009

berPOLITIK tanpa POLITIK


kosakata apa yang paling banyak dibincang oleh masyarakat kita kahir-akhir ini ?, mulai dari ibu-ibu di tempat arisan, pangkalan ojek dan sopir, di kantor-kantor, para mahasiswa hingga nenek-kakek yang sudah ompong sekalipun, membicarakan kosakata "POLITIK" tepatnya Pemilu. ya.. politik, media massa telah berhasil 'membooming-kan' praktik politik (baca;pemilu) melampaui gosip 'manohara' ' dan sejumlah kasus-kasus yang sempat hot dibincang di media cetak dan elektronik.

politik dalam arti sederhana adalah suatu ikhtiar untuk mencapai tujuan. politik dalam arti sempit dan banyak di anut oleh para politisi adalah, bagaimana merebut dan mempertahankan kekuasaan, dengan cara apapun, biasa disebut menghalalkan segala cara. nah, kalau memang begini kondisinya maka yang terjadi adalah persaingan, peperangan untuk meraih kekuasaan, akibatnya pasti ada yang menang, ada yang kalah. TIDAK mungkin terjadi win-win solution, NEVER kata Mario teguh.

politik itu seni, seni meraih dan mempertahankan kekuasaan, lebih tepat disebut strategi/taktis merebut kuasa. meskipun kerapkali seni dijadikan alat politisi, masih ingat kan, istilah seni untuk politik atau seni untuk seni,. benar yang mana ya..,. terserah penilaian Anda,tapi bagiku baik seni ataupun politik kalau ia telah membelenggu nalar dan imajinasi maka sebaiknya mencari alternatif agar nalar dan imajinasi bisa bebas-merdeka. :-P. Praktik memperebutkan kekuasaan bukan hanya terjadi di ruang negara, dalam praktik korporasi pun nampak. misalnya perang software antara Apple, microsoft, untuk menguasai pangsa pasar dan mearup untung tentunya.Bahkan generasi-generasi awal perang software yang terjadi kerap mempelintir kata-kata leonardo da Vinci, dalam film the Pirates of Silicon Valley, Steven Job (Apple) mengibarkan bendera bajak laut di depan kantornya (thinking_unsure).Tahukan bagaimana perilaku bajak laut.......!!!

lalu apakah kita mesti terjebak dan merelakan diri tenggelam dalam arena yang menjengkelkan bahkan memuakkan. menjengkelkan jika untuk mencapai tujuan (baca:kekuasaan) fitnah dan kebohongan adalah santapan wajib oleh para politisi. Memuakkan jika para politisi itu memainkan dan mempermainkan IMAGINASI dan PIKIRAN kita, entah lewat Iklan ataupun media lainnya,di seret ke khayalan ilusi, janji-janji yang tak mungkin bisa dipenuhi. lebih parah lagi dalam banyak kasus masyarakat kita di konflikkan. Tujuannya bisa bermacam-macam, mengorbitkan(mempopulerkan) tokoh, atau militer perlu tambahan anggaran, atau mungkin dijadikan event oleh korporasi agar suatu regulasi(undang-undang) bisa berjalan mulus supaya media tidak sempat atau tidak menarik minat media meliput pembahasan undang-undang /aturan utamanya yang menyangkut harkat hidup orang banyak dan kontroversial (lihat hadirnya UU PMA, privatisasi air, migas dan pendidikan /BHP)serta kemungkinan-kemungkianan lain, yang kemungkinannya mendekati 99,9% ;-).

Politik memang kejam !,
demikian ungkap kebanyakan orang yang telah menjadi korban-korban politik. lalu, Adakah ruang politik yang tidak membutuhkan cost, korban yang besar. PASTI selalu ada solusi, demikian ajaran matematika.;-). Bukankah politik adalah seni mencapai tujuan. Seni itu indah, imajinatif, menggerakkan dan mampu menginspirasi banyak orang. Arena politik tidak mesti selalu dipanggung-panggung perebutan kekuasaan, politik juga bisa kita buat indah seindah cahaya rembulan di malam purnama, jika ia kita maknai sebagai ajang untuk memberi manfaat sebanyak mungkin kepada sebanyak-banyaknya orang, dimana kejujuran dan ketulusan adalah jubah kebesarannya. hal tersebut bisa kita wujudkan dalam praktik-praktik kolektif atau komunitas,organisasi mandiri, keluarga, dimana prinsip kerjasama kolektif, memberi manfaat, setiap orang bisa memberi saran usul dan rancangan kerja tanpa harus mengebiri hak individu orang yang "katanya demi kepentingan bangsa".Sebuah dunia tanpa tatanan kuasa-menguasai, tanpa WAKIL yang tak pernah mewakili kepentingan kita, tetapi brdasarkan kerelaan bekerjasama, karena tidak ada yang pantas menguasai atau mengontrol selain yang menciptakanMU.

Nah, jika politik kita maknai seperti paragraf terakhir di atas, maka setiap orang bisa berpolitik tanpa partai politik. Bisa berbuat baik kapan, dimana saja tanpa harus menunggu instruksi atasan, atau program kerja.... bersambung....

03/06/2009

coldplay-yellow

coldplay-yellow

Look at the stars,
Look how they shine for you,
And everything you do,
Yeah they were all yellow,

I came along
I wrote a song for you
And all the things you do
And it was called yellow

So then I took my turn
Oh what a thing to have done
And it was all yellow

Your skin Oh yeah your skin and bones
Turn into something beautiful
You know you know I love you so
You know I love you so

I swam across
I jumped across for you
Oh what a thing to do
Cause you were all yellow

I drew a line
I drew a line for you
Oh what a thing to do
And it was all yellow

Your skin Oh yeah your skin and bones
Turn into something beautiful
You know for u i'd bleed myself dry
For you i'd bleed myself dry

Its true look how they shine for you
Look how they shine for you
Look how they shine for you
Look how they shine for you
Look how they shine for you
Look how they shine

Look at the stars look how they shine for you
And all the things that you do

untuk dia yang mengaku 'Yellow"

18/04/2009

Enambelas april duaribusembilan

Hari kamis, adalah hari yang melelahkan, bagaimana tidak, sejak jam 8 sampai pukul 23.00 lewat, 75% waktu kuhabiskan di depan monitor. Jam 9 pagi menemani mahasiswa Unismuh pelatihan internet, dari membuat account email hingga membuat blog dan mengeditnya. walaupun masih pemula, menghadapi peserta pelatihan seorang diri akan melelahkan, apalagi tanpa media (seperti LCD). untungnya seorang teman__sebut saja namanya sentil__nongol dan menemani mendampingi peserta. Beberapa menit kemudian, seorang teman datang lagi (sisipush nama blognya), kehadirannya semakin menyemarakkan suasana, apalagi ia membawa buku pesananku wikinomics yang bakal di..tiiiit...suasana makin gerah ketika adik cyber_mat muncul :-). Jadi cukuplah kami berempat berada di lokasi pelatihan.

Tak terasa waktu terus melaju, dan tak seorang pun dapat menghentikannya. para peserta semakin antusias, mencoba...mencoba.. sampai berhasil, seolah tak kenal lelah , seperti Raja api dalam film Avatar, tak kenal lelah memburu avatar.walaupun koneksi merayap dan sesekali diskonek. masalah yang membuat jengkel para peserta, utamanya mereka yang menyelesaikan tahap akhir projek blognya :-D.
walaupun masih ada yang rada gap.ek, fasilitator tetap bersemangat, apalagi si sen_til, yang sedikit agresif dibanding pendamping lainnya. dalam pikirku, semangat mereka yang ingin belajar dan mengakrabkan diri dengan dunia Teknologi Informasi harus terus dinyalakan. :-).

ting, tepat jam 12.00, waktu kunsumsi hampir tiba. mmmmm,. akhirnya datang juga. maksi yang enak, thank for EOnya. setelah Lunch, aktivitas dilanjutkan hingga pukul 14.00, sesuai jadwal pelatihan. senyum sumringah peserta, mengiringi perpisahan kami dengan mereka, sampai jumpa lagi.

Aktivitas dan tugas belum selesai. laptop toshiba sattelite L300 belum trekonfigurasi VGAnya, driver bawaan tidak support. makanya harus di download. down...down..down lagi.alhamdulillah akhirnya masalah vga teratasi.

teng 16.05 saatnya bergeser ke kampus UNM parang tambung, rencana ketemu dengan mat, trus ke lab matematika, dalam hati H2b (harap-harap bahagia) jika bisa ketemu dengan rg_yellow. kira-kira 16.31 tiba di kampus. d a n, tiing, dia menyapa ku, senyum sumringah merekah diwajahnya, lelah setelah seharian mendampingi peserta pelatihan, tiada terasa. dan kepadanya kuhadiahkan sebuah souvenir yang tiada samanya di seantero dunia. Rasa bahagia belum berakhir,share cerita berlanjut dan sesekali diselingi tawa kecil.
thanks verymuch d'r_yelloxyz. stay keep own snake. keep dance and relax !

oia, ntar sudah magrib ternyata harus install Linux di kompi teman.

05/02/2009

Belajar berdemokrasi ala Wikipedia


Demokrasi adalah konsep yang sangat tua yakni Abad ke-6 sebelum Masehi sampai dengan pertengahan abad ke 4 sebelum Masehi dan di praktekkan di polis-polis (Negara kota) di Athena dan sekitarnya. “People” dalam konteks Yunani Kuno adalah warga Negara laki-laki.
Demokrasi yang dikenal sekarang adalah perpaduan dari dua konsep yang sama sekali berbeda. Pertama, konsep demokrasi (demos dan cratein) yang memang berakar dari tradisi Yunani Kuno dan Kedua, konsep representasi yang berakar dari sistem feodal. Kedua hal ini menghasilkan apa yang disebut dengan Representative Democracy atau demokrasi perwakilan. Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga ini berkembang menjadi salah satu kamar dalam parlemen negara-negara, seperti kelihatan nyata-nyata dalam parlemen tertua di dunia, yakni House of Commons dalam Parlemen Inggris.

Agenda pembangunan demokrasi di banyak negara Dunia Ketiga saat ini tidak bisa dilepaskan dari proyek globalisasi ekonomi yang dimotori oleh negara-negara maju (Barat), yang secara aktual semakin mempolarisasi dunia ke dalam ruang-ruang ketidakadilan dan ke-tidaksetara-an (global spaces of injustice and inequality). Berbagai rezim pemerintahan di Dunia Ketiga menyepakati kepentingan untuk memfasilitasi tumbuhnya institusi dan praktek demokrasi yang memungkinkan ruang yang lebih luas bagi intervensi negara-negara Dunia Pertama sebagai pemberi donor dari proyek pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga itu. Secara khusus, intervensi ini mewakili kepentingan ekonomi untuk mengorientasikan negara-negara Dunia Ketiga berintegrasi ke dalam sistem pasar global meskipun kondisi yang memungkinkan bagi proses integrasi itu tidak setara. Menurut Noam Chomsky (1996), kondisi ketidaksetaraan dalam globalisasi ini merupakan suatu agenda imperialisme mutakhir yang secara ironis difasilitasi oleh kanal-kanal (saluran) demokrasi dimana rezim pemerintahan terpilih sebagai representasi dari konsituennya. Jadi dapat dikatakan, efek politik representasi sangat memungkinkan membuka peluang bagi praktik-praktik demokrasi yang distorsif.

Demokrasi kerap disamakan dengan pemilu. Indonesia yang dianggap sebagai penyelenggara demokrasi “tersukses” sejak pemilu 2004. namun bersamaan dengan predikat tersebut jumlah penduduk miskin di Indonesia meningkat, ketidakpedulian pemerintah terhadap warga negara semakin nyata. Dan negara seolah tak peduli dengan warganya. Pemerintah lebih sibuk menjamu para investor/ pemodal, menyediakan hidangan undang-undang, regulasi dan semacamnya daripada memenuhi hak konstituennya. Benarkah demokrasi hanya melahirkan kesengsaraan bagi masyarakat ?, hanya sebagai alat eksploitasi rakyat dan sumber daya alam.
Fenomena-fenomana yang terjadi semakin meneguhkan pandangan banyak kalangan bahwa Power tends to corrupt. Demokrasi perwakilan tidak mungkin dilaksanakan tanpa distorsi. Ketika para wakil rakyat sudah duduk di parlemen, maka mereka memiliki kepentingan yang relatif berbeda dari kepentingan yang diwakilinya. Seringkali, mereka berpendapat bahwa mereka lebih mengetahui apa yang terbaik untuk para pemilihnya. Hal ini akan mendistorsikan aspirasi. Ada beberapa alternatif yang dapat dijadikan wacana selain demokrasi perwakilan. upaya untuk meminimalisir distorsi aspirasi yaitu inisiasi warga, referendum dan recall. Alternatif lain yang harus dilakukan untuk mengkompensasi distorsi aspirasi dalam Demorasi Perwakilan adalah lembaga Promulgasi. Kira-kira, promulgasi itu sama dengan ketika para pengawal raja pada zaman kolonial pergi ke tengah pasar, membunyikan terompet dan membuka gulungan kertas serta mengumumkan titah raja kepada khayalak ramai. Alternatif lain adalah anarkisme.
Berlainan dengan anggapan umum bahwa anarkisme adalah keadaan kacau balau, a-narchos berarti tanpa penguasa. Dalam filosofi anarkisme, istilah ini dipergunakan secara positif untuk menggambarkan masyarakat tanpa penguasa dan tanpa hukum yang segala sesuatunya diusahakan bersama secara sukarela.

Selain alternatif-alternatif di atas. yang membutuhkan perjuangan panjang untuk mewujudkannya. Kita dapat belajar banyak dari Eksiklopedia raksasa, Wikipedia. Wikipedia yang diciptakan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger pada tahun 2001 tumbuh dengan pesat. Kisah sukses Wikipedia merupakan contoh nyata dari apa yang disebut sebagai "collective wisdom from the crowd". Dimana, setiap orang dapat menyumbangkan artikel baru, artikel yang ada di Wikipedia dapat disunting dengan mudah. Artinya setiap orang dapat memberikan informasi yang benar atau salah. Namun nyatanya kredibilitas wikipedia tetap terjaga. Apa yang khas dari model sunting dan edit artikel di Wikipedia

Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh Wikipedia yaitu, pertama, adanya keragaman pendapat. Kedua,adanya kebebasan berpendapat, namun pendapat seseorang tidak ditentukan oleh pendapat orang-orang disekitar mereka.Tidak seperti kepanikan investor di pasar modal, atau ikutan yel-yel dalam kampanye politik atau demonstrasi. Ketiga, adanya Desentralisasi. Masing-masing orang mampu mengemukakan pendapat berdasarkan local knowledgenya.Ada hak otonom yang dimiliki oleh setiap individu untuk menentukan pendapat, sikap, ekspresi tanpa ada dominasi ataupun anjuran yang sifatnya mengikat dari atasan/pusat, yang mirip-mirip dengan doktrin, surat perintah dan semacamnya. Ciri yang terakhir adalah adanya metode yang baik untuk mengumpulkan pendapat masing-masing orang dan diolah menjadi sebuah KEPUTUSAN KOLEKTIF.

Andaikan Keempat dari karakteristik yang dikemukakan dapat terinternalisasi dalam gerak perilaku partai politik, lembaga pendidikan atau lembaga-lembaga publik lainnya maka mungkin fatwa Golput MUI tidak perlu terjadi.mode-mode pengambilan kebijakan yang vertikal (berdasarkan lembaga tertinggi an-sich) bukan berdasarkan kemampuan intelektual sudah saatnya ditinggalkan dengan model-model horizontal yang melibatkan sebanyak mungkin orang. Utamanya hal-hal yang berkaitan dengan layanan publik. Sekiranya pengandaian ini masih tetap menjadi pengandaian maka adakah harapan untuk menyerahkan nasib kita pada orang yang bakal "mewakili" kepentingan kita.yang nantinya membuat aturan seenaknya tanpa harus bermusyawarah, berdiskusi dengan yang mereka wakili. sungguh benar-benar bukan wakil :-D

alamyin@yahoo.com